JAKARTA. Sinyal perlambatan pertumbuhan ekonomi China kian terlihat. Data indeks manufaktur China per Januari 2014 yang dirilis HSBC beberapa hari lalu ternyata turun ke level 49,6 dari posisi Desember yang 50,5.Ini merupakan kontraksi pertama China dalam enam bulan terakhir.Jika dicermati lebih lanjut, sinyal negatif ekonomi China sejatinya sudah terlihat sejak kuartal IV 2013. Kala itu, pertumbuhan ekonomi China turun menjadi 7,7% dari kuartal sebelumnya yang 7,8%. Hans Kwee, Direktur EMCO Asset Management memperkirakan, kontraksi ekonomi China bakal menghadirkan sentimen negatif pada emiten-emiten dari dua sektor, yakni pertambangan batubara dan perkebunan. Seperti diketahui, China merupakan importir terbesar batubara dengan menyerap sekitar 50% konsumsi dunia. "Dengan terjadinya kontraksi, China dikhawatirkan akan kembali memangkas impor batubara," kata Hans. Jika perkiraan ini terbukti, tentu akan melanjutkan tekanan negatif bagi emiten sektor batubara. Pasalnya, sejak pertengahan 2012, kinerja keuangan emiten-emiten batubara terus merosot seiring turunnya harga jual. Sentimen negatif seperti itu diperkirakan dirasakan juga oleh sektor perkebunan kelapa sawit. Sejak kuartal IV 2013, emiten-emiten minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) sejatinya mulai menuai berkah seiring naiknya harga jual. Berkah tersebut terancam kembali pudar seiring kontraksi ekonomi Negeri Panda. "China itu konsumen CPO ketiga terbesar ketiga dunia, saya khawatir kontraksi di sana juga akan menyebabkan harga jual turun," ungkap Hans. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Dua sektor akan terpapar kontraksi ekonomi China
JAKARTA. Sinyal perlambatan pertumbuhan ekonomi China kian terlihat. Data indeks manufaktur China per Januari 2014 yang dirilis HSBC beberapa hari lalu ternyata turun ke level 49,6 dari posisi Desember yang 50,5.Ini merupakan kontraksi pertama China dalam enam bulan terakhir.Jika dicermati lebih lanjut, sinyal negatif ekonomi China sejatinya sudah terlihat sejak kuartal IV 2013. Kala itu, pertumbuhan ekonomi China turun menjadi 7,7% dari kuartal sebelumnya yang 7,8%. Hans Kwee, Direktur EMCO Asset Management memperkirakan, kontraksi ekonomi China bakal menghadirkan sentimen negatif pada emiten-emiten dari dua sektor, yakni pertambangan batubara dan perkebunan. Seperti diketahui, China merupakan importir terbesar batubara dengan menyerap sekitar 50% konsumsi dunia. "Dengan terjadinya kontraksi, China dikhawatirkan akan kembali memangkas impor batubara," kata Hans. Jika perkiraan ini terbukti, tentu akan melanjutkan tekanan negatif bagi emiten sektor batubara. Pasalnya, sejak pertengahan 2012, kinerja keuangan emiten-emiten batubara terus merosot seiring turunnya harga jual. Sentimen negatif seperti itu diperkirakan dirasakan juga oleh sektor perkebunan kelapa sawit. Sejak kuartal IV 2013, emiten-emiten minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) sejatinya mulai menuai berkah seiring naiknya harga jual. Berkah tersebut terancam kembali pudar seiring kontraksi ekonomi Negeri Panda. "China itu konsumen CPO ketiga terbesar ketiga dunia, saya khawatir kontraksi di sana juga akan menyebabkan harga jual turun," ungkap Hans. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News