JAKARTA. Hari ini, (19/8), bukan hanya bursa saham saja yang melemah tapi juga pasar rupiah. Kurs tengah Bank Indonesia (BI) hari ini turun ke level 10.451 dari sebelumnya 10.329 per dolar AS.Sementara nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank sore ini bergerak melemah ke level 10.540. Bandingkan dengan posisi rupiah level sebelumnya sebesar Rp 10.380 per dolar AS.Reny Eka Putri, analis Bank Mandiri, mengatakan jika pelemahan rupiah ini masih terkait dua isu penting baik dari dalam maupun luar negeri. "Masih soal The Fed dan dan defisit Neraca Pembayaran Indonesia (NPI)," imbuhnya.Reny menjelaskan, belakangan ini beberapa data ekonomi AS, seperti data tenaga kerja dan manufaktur membaik. Nah, hal ini menguatkan spekulasi jika The Fed akan mengurangi stimulus keuangannya. Di sisi yang lain, keuangan di pasar Asia dan Eropa juga sedang bergejolak sehingga dolar AS terapresiasi di pasar global.Sementara dari dalam negeri, posisi NPI yang terus defisit juga mampu melemahkan rupiah. "Dengan semua sentimen itu, secara teknikal rupiah pekan ini masih akan bergerak di level 10.400-10.600," tukas Reny.Jika melihat kondisi tersebut, Reny menilai jika BI tentunya akan melakukam intervensi di pasar uang sehingga nilai tukar rupiah kembali dapat mencerminkan fundamental perekonomian Indonesia.Sebenarnya, salah satu intervensi tersebut sudah terlihat ketika BI mempertahankan suku bunganya di level 6,5% kemarin. "Itu merupakan salah satu cara untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga rupiah dapat kembali stabil, pungkas Reny.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Dua sentimen ini picu pelemahan rupiah
JAKARTA. Hari ini, (19/8), bukan hanya bursa saham saja yang melemah tapi juga pasar rupiah. Kurs tengah Bank Indonesia (BI) hari ini turun ke level 10.451 dari sebelumnya 10.329 per dolar AS.Sementara nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank sore ini bergerak melemah ke level 10.540. Bandingkan dengan posisi rupiah level sebelumnya sebesar Rp 10.380 per dolar AS.Reny Eka Putri, analis Bank Mandiri, mengatakan jika pelemahan rupiah ini masih terkait dua isu penting baik dari dalam maupun luar negeri. "Masih soal The Fed dan dan defisit Neraca Pembayaran Indonesia (NPI)," imbuhnya.Reny menjelaskan, belakangan ini beberapa data ekonomi AS, seperti data tenaga kerja dan manufaktur membaik. Nah, hal ini menguatkan spekulasi jika The Fed akan mengurangi stimulus keuangannya. Di sisi yang lain, keuangan di pasar Asia dan Eropa juga sedang bergejolak sehingga dolar AS terapresiasi di pasar global.Sementara dari dalam negeri, posisi NPI yang terus defisit juga mampu melemahkan rupiah. "Dengan semua sentimen itu, secara teknikal rupiah pekan ini masih akan bergerak di level 10.400-10.600," tukas Reny.Jika melihat kondisi tersebut, Reny menilai jika BI tentunya akan melakukam intervensi di pasar uang sehingga nilai tukar rupiah kembali dapat mencerminkan fundamental perekonomian Indonesia.Sebenarnya, salah satu intervensi tersebut sudah terlihat ketika BI mempertahankan suku bunganya di level 6,5% kemarin. "Itu merupakan salah satu cara untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga rupiah dapat kembali stabil, pungkas Reny.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News