JAKARTA. Restrukturisasi industri tekstil yang digulirkan sejak 2007 belum menunjukkan hasil maksimal. Buktinya, dari sekitar 2.000 perusahaan tekstil yang ada di Indonesia, baru sekitar 190 perusahaan yang melakukan restrukturisasi mesin. Artinya, setelah berjalan dua tahun, restrukturisasi tekstil masih kurang dari 10%. Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudradjad mengatakan, hingga saat ini, investasi untuk peremajaan mesin tekstil baru sebesar Rp 5 triliun. Selain soal biaya peremajaan mesin, kendala lainnya adalah pasokan energi yang masih belum pasti. "Saat ini energi seperti gas, listrik dan batubara masih menjadi hambatan," kata Ade, Rabu (10/3). Restrukturisasi industri tekstil memang mutlak diperlukan. Sebab, selama ini, industri tekstil banyak mengoperasikan mesin-mesin pabrik yang sudah tua. Akibatnya, produktivitasnya rendah dan pengusaha sulit melakukan efisiensi. Lantaran sulit bersaing, sejumlah perusahaan tekstil pun terpaksa gulung tikar.
Dua Tahun, Restrukturisasi Tekstil Tidak Sampai 10%
JAKARTA. Restrukturisasi industri tekstil yang digulirkan sejak 2007 belum menunjukkan hasil maksimal. Buktinya, dari sekitar 2.000 perusahaan tekstil yang ada di Indonesia, baru sekitar 190 perusahaan yang melakukan restrukturisasi mesin. Artinya, setelah berjalan dua tahun, restrukturisasi tekstil masih kurang dari 10%. Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudradjad mengatakan, hingga saat ini, investasi untuk peremajaan mesin tekstil baru sebesar Rp 5 triliun. Selain soal biaya peremajaan mesin, kendala lainnya adalah pasokan energi yang masih belum pasti. "Saat ini energi seperti gas, listrik dan batubara masih menjadi hambatan," kata Ade, Rabu (10/3). Restrukturisasi industri tekstil memang mutlak diperlukan. Sebab, selama ini, industri tekstil banyak mengoperasikan mesin-mesin pabrik yang sudah tua. Akibatnya, produktivitasnya rendah dan pengusaha sulit melakukan efisiensi. Lantaran sulit bersaing, sejumlah perusahaan tekstil pun terpaksa gulung tikar.