JAKARTA. Dua asumsi makro Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015 akan sulit tercapai. Dua asumsi ini adalah pertumbuhan ekonomi dan rupiah. Pertumbuhan ekonomi tercatat 4,7% pada triwulan pertama, sementara pemerintah memasang target 5,7%. Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan sejak triwulan kedua 2012 Indonesia mulai terjadi perlambatan ekonomi. Yang masih kuat komponen pertumbuhannya pada tiga bulan pertama 2015 meskipun juga melambat adalah konsumsi rumah tangga. Dalam hal ini, pemerintah akan mengandalkan investasi untuk bisa menggantikan peran ekspor yang drop. Pertumbuhan investasi diharapkan bisa seperti 2013 di mana kisaran pertumbuhannya mencapai 6%-7%. Soal rupiah, rata-rata nilai tukar Januari hingga 15 Mei menunjukkan trend depresiasi. "Hingga 15 Mei niai tukar rupiah mengalami depresiasi dengan rata-rata sebesar Rp 12.866 per dollar Amerika Serikat (AS)," ujarnya, Kamis (21/5). Nilai rupiah ini melemah sekitar 8,5% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Hingga akhir tahun masih terdapat potensi tekanan terhadap rupiah sebagai dampak kenaikan suku bunga Amerika. Asumsi makro lainnya seperti inflasi hingga April tercatat sebesar 6,8%. Tingkat bunga SPN 3 bulan hingga 15 Mei 2015 sebesar 5,6%, masih lebih rendah dari target 6,2%. Untuk harga minyak mentah Indonesia hingga 15 Mei tercatat rata-ratanya US$ 52,7 per barel. ICP pada Januari tercatat US$ 45,3 per barel, Februari US$ 54,3 per barel, Maret US$ 53,7 per barel, dan April 57,6 per barel. Nilai ini masih relatif aman dari target APBNP US$ 60 per barel. Adapun untuk lifting minyak dan gas, lifting minyak rata-rata mencapai 742 ribu barel per hari. "Akan ke target 825 ketika cepu sudah berproduksi tahun ini," terang Bambang. Sementara itu untuk lifting gas rata-rata sebesar 1.164 ribu barel setara minyak per hari di mana targetnya 1.221 ribu barel setara minyak per hari. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Dua target asumsi makro APBNP 2015 sulit tercapai
JAKARTA. Dua asumsi makro Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015 akan sulit tercapai. Dua asumsi ini adalah pertumbuhan ekonomi dan rupiah. Pertumbuhan ekonomi tercatat 4,7% pada triwulan pertama, sementara pemerintah memasang target 5,7%. Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan sejak triwulan kedua 2012 Indonesia mulai terjadi perlambatan ekonomi. Yang masih kuat komponen pertumbuhannya pada tiga bulan pertama 2015 meskipun juga melambat adalah konsumsi rumah tangga. Dalam hal ini, pemerintah akan mengandalkan investasi untuk bisa menggantikan peran ekspor yang drop. Pertumbuhan investasi diharapkan bisa seperti 2013 di mana kisaran pertumbuhannya mencapai 6%-7%. Soal rupiah, rata-rata nilai tukar Januari hingga 15 Mei menunjukkan trend depresiasi. "Hingga 15 Mei niai tukar rupiah mengalami depresiasi dengan rata-rata sebesar Rp 12.866 per dollar Amerika Serikat (AS)," ujarnya, Kamis (21/5). Nilai rupiah ini melemah sekitar 8,5% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Hingga akhir tahun masih terdapat potensi tekanan terhadap rupiah sebagai dampak kenaikan suku bunga Amerika. Asumsi makro lainnya seperti inflasi hingga April tercatat sebesar 6,8%. Tingkat bunga SPN 3 bulan hingga 15 Mei 2015 sebesar 5,6%, masih lebih rendah dari target 6,2%. Untuk harga minyak mentah Indonesia hingga 15 Mei tercatat rata-ratanya US$ 52,7 per barel. ICP pada Januari tercatat US$ 45,3 per barel, Februari US$ 54,3 per barel, Maret US$ 53,7 per barel, dan April 57,6 per barel. Nilai ini masih relatif aman dari target APBNP US$ 60 per barel. Adapun untuk lifting minyak dan gas, lifting minyak rata-rata mencapai 742 ribu barel per hari. "Akan ke target 825 ketika cepu sudah berproduksi tahun ini," terang Bambang. Sementara itu untuk lifting gas rata-rata sebesar 1.164 ribu barel setara minyak per hari di mana targetnya 1.221 ribu barel setara minyak per hari. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News