Dugaan suap reklamasi menohok Teman Ahok



JAKARTA. Seperti kata pepatah, semakin tinggi pohon, semakin kencang angin menerpa. Pameo lawas ini memang pas menggambarkan popularitas Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama yang semakin bersinar jelang pemilihan kepala daerah DKI tahun 2017 mendatang.

Paling tidak, popularitas itu bisa dilihat dari semakin derasnya dukungan masyarakat terhadap Gubernur DKI yang akrab disapa Ahok tersebut. 

Mengutip data dari situs resmi relawan Ahok di www.temanahok.com, hingga saat ini, masyarakat DKI yang mendukung Ahok untuk kembali memimpin Ibu Kota telah mencapai 990.323 orang melalui pengumpulan kartu tanda penduduk (KTP).   


Bukan mustahil, target "Teman Ahok" untuk menjaring 1.000.000 KTP pendukung untuk pasangan Ahok-Heru hingga Juli mendatang bakal terwujud. Faktanya, pada hari ini saja (Kamis, 16/6), Teman Ahok telah berhasil mengumpulkan 4.008 lembar KTP.

Itu artinya, dengan asumsi satu hari menjaring 4.000 lembar KTP, maka dalam hitungan sekitar 2-3 hari pendukung Ahok yang dijaring melalui pengumpulan KTP bisa tembus 1 juta orang. 

Tapi, ya itu tadi, semakin tinggi pohon, semakin kencang angin menerpa. Popularitas Ahok mulai digoyang sejumlah isu tak sedap. 

Contohnya, tepat di hari ulang tahunnya yang pertama di hari ini, Komunitas Teman Ahok mendapat tudingan miring: menerima dana sebesar Rp 30 miliar dari perusahaan pengembang proyek reklamasi di Teluk Jakarta.

Mirisnya, tudingan tersebut dilontarkan oleh salah satu petinggi partai, yang pada 2012 lalu justru mengusung Ahok mendampingi kader terbaiknya, Joko Widodo, untuk memimpin Jakarta. 

Adalah Junimart Girsang, Anggota Komisi III DPR dari Fraksi PDI Perjuangan yang mengembuskan bola panas terkait suap Teman Ahok.

Saat rapat kerja Komisi III dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Rabu kemarin (15/6), Junimart mengatakan, Teman Ahok telah menerima dana Rp 30 miliar dari perusahaan pengembang proyek reklamasi di Teluk Jakarta.

Menurut Junimart, dana dari pengembang itu diberikan kepada Teman Ahok melalui staf khusus Ahok, Sunny Tanuwidjaja, dan lembaga survei Cyrus Network.       

"Kami dapat info ada dana pengembang reklamasi sebesar Rp 30 miliar untuk Teman Ahok. Dana tersebut disalurkan lewat Sunny dan Cyrus," kata Junimart di ruang rapat Komisi III di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu siang seperti dikutip dari Kompas.com.

"Salah satu orangnya Cyrus. Kan dipecat. Kami bilang ke KPK biar ini berkembang," lanjut dia.

Junimart mengaku memiliki dokumen terkait informasi tersebut. Namun, ia enggan menyebutkan dari mana informasi tersebut didapatkannya.

Gayung bersambut, Ketua KPK Agus Rahardjo menegaskan, lembaga anti rasuah akan segera menaikkan kasus reklamasi ke tahap penuntutan.

Mengenai temuan aliran dana Rp 30 miliar tersebut, kata Agus, KPK akan mengusutnya.

"Kami masih teliti dan akan kami laporkan," ujar Agus.

Sepenari sepenggendangan, Wakil Ketua KPK Laode M Syarief menegaskan, saat ini KPK sedang mempelajari dan melakukan kajian adanya dugaan aliran dana tersebut.

"Informasi itu kami pelajari dengan serius. KPK sedang melakukan pengkajian," kata Laode.

Serangan partai

Mendapat serangan dari Junimart, pendiri lembaga survei Cyrus Network Hasan Nasbi menilai, tudingan aliran dana Rp 30 miliar dari pengembang reklamasi kepada "Teman Ahok" merupakan bentuk serangan partai.

Menurut Hasan, partai sedang panik dengan keberhasilan "Teman Ahok" mengumpulkan 1 juta KTP.

"Saya menilai ada partai yang panik dengan pencapaian Teman Ahok. Kalau sampai 1 juta kan mungkin Pak Ahok sulit mengelak untuk tidak maju lewat independen. Ini ada yang kalap saja dengan pencapaian Teman Ahok dan akhirnya lempar isu," ujar Hasan ketika dihubungi Kompas.com, Kamis (16/6).

Hasan membeberkan, biaya operasional Teman Ahok diperoleh dari berjualan cendera mata. "Kami sudah jual puluhan ribu kaus, terkumpul Rp 3 miliar. Jadi, silakan KPK selidiki sejelas-jelasnya," imbuh dia.

Hasan menambahkan, serangan kepada Teman Ahok sudah bertubi-tubi. Dia masih ingat dengan isu kantor Teman Ahok yang disebut menggunakan aset Pemprov DKI. Saat itu, Hasan juga terlibat karena kantor yang ditempati oleh Teman Ahok disewakan olehnya.

"Ini serangan yang kesekian kalinya karena KTP sudah mau 1 juta. Kalau Teman Ahok enggak ngumpulin KTP juga enggak bakal diserang," ujar Hasan.

Hasan pun menantang Junimart untuk membuktikan tuduhan tersebut. "Buktikan saja kalau memang ada aliran dana," ujar Hasan.

Kolega Hasan di Teman Ahok, Singgih Widiastono menimpali, pihaknya siap menantang pernyataan Junimart Girsang. 

"Kami siap jika harus diselidiki KPK. Kami oke dan enggak ada masalah. Kami yakin sekali masih di jalan yang benar," kata Singgih.

Menurut Singgih, modal awal Teman Ahok sebesar Rp 500 juta memang diperoleh dari Hasan. Namun uang yang dipinjam pada Juni 2015 lalu itu telah dikembalikan secara bertahap. 

"Uang pinjaman itu juga bukan dari Bang Hasan saja. Ada beberapa orang yang saweran. Tapi kami enggak tahu karena yang menyerahkan Bang Hasan," katanya.

Singgih menjamin keuangan Teman Ahok bisa dipertanggungjawabkan. Mereka juga bersedia diaudit. Laporan keuangan Teman Ahok, kata dia, transparan dan bisa diakses di website mereka.

Karena itu, Singgih tak habis pikir, ketika dukungan kepada Ahok semakin bertambah, semakin banyak pihak yang melemparkan fitnah.  

"Kami bingung juga kok tiba-tiba ada fitnah ke kami, tapi kami clear kok siap diselidiki. Kami pasti siap buka data keuangan Teman Ahok."

Kado Teman Ahok

Amalia Ayuningtyas, Juru Bicara Teman Ahok menambahkan, tudingan miring kepada Teman Ahok akan menambah pendukung Ahok semakin solid. 

"Ini bukan serangan yang pertama untuk Teman Ahok dan sepertinya juga bukan yang terakhir," katanya. 

Teman Ahok, lanjut Amalia, akan tetap konsisten dalam tujuan menjadikan Ahok sebagai Gubernur pada Periode ke-2 di tahun depan. 

"Teman Ahok tidak akan mundur dan meninggalkan Ahok, karena tak ada Teman Ahok tanpa Ahok," imbuh dia.

Soal tudingan yang dilontarkan Junimart, kata Amalia, Teman Ahok siap membuka semua catatan keuangan dan memberikan informasi yang transparan. 

Menurut Amalia, selama ini biaya Teman Ahok ditanggung bersama. Ada ratusan orang yang sudah memberikan bantuan untuk Teman Ahok dalam bentuk barang, dan tidak dalam bentuk dana. 

"Semua orang yang memberikan bantuan, sampai dengan kopi dan teh, memiliki tanda terima dan tidak ada anonim. Mereka semua siap kembali dihadirkan karena semua terdata dan memiliki tanda terima. Serangan ini mungkin sebagai kado ulang tahun Teman Ahok," katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan