Duh, aroma tak sedap di balik aksi korporasi DAVO



JAKARTA. PT Davomas Abadi Tbk (DAVO) telah menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terkait konversi utang ke saham atau debt to equity swap (DES), kemarin, (30/8). Seperti biasa, manajemen meninggalkan awak media seusai RUPS tanpa memberikan informasi sedikitpun.

Tapi, bukan kelakuan itu yang membuat heboh. Secara mengejutkan, aksi korporasi DAVO  untuk mengeksekusi DES dinilai telah dilakukan secara tidak transparan dan mengabaikan rambu-rambu hukum. Bahkan, para pemegang saham lama dirugikan lantaran sahamnya terdilusi secara drastis.

"Bayangkan! Lima perusahaan yang sebelumnya memiliki 51% saham DAVO  sekarang kepemilikannya hanya diakui 6,58%. Proses konversinya cacat hukum dan tidak melibatkan persetujuan para pemegang saham mayoritas dan saham publik. Jadi, ini sudah kriminal," terang Haryanto Bhakti, pemegang saham DAVO  melalui keterangan resminya yang diterima KONTAN.


Penjelasan Haryanto yang juga pemerhati pasar modal itu diperkuat dengan pendapat Mark Chadwik, yang menjadi kuasa pemegang saham lima perusahaan yang sebelumnya memiliki 51,8%, atau setara 6?43 miliar saham.

Adapun kelima perusahaan tersebut adalah Caterpillar Associates Limited  sebanyak 1,42 miliar saham, Hassocks Enterprises Limited (2,87 miliar saham), Krigler Holdings Limited (960,7 juta saham), Polar Capital Investments Limited (754,8 juta saham), dan Templeton Assets Limited (422,33 juta saham).

"Kami sempat meminta pembatalan perjanjian penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) yang menjadi dasar DES. Kami juga sempat meminta pembatalan RUPSLB yang hanya dilakukan oleh pemilik 6% saham perusahaan," jelas Mark yang juga anggota FTI Consulting itu.

Kendati sudah diprotes dan dimintai pembatalan, RUPS tersebut tetap mengesahkan laporan keuangan periode 2011 dan 2012. Alasan manajemen untuk menghiraukan protes itu juga dianggap konyol.

"Kalau mengacu pada komposisi saham sebelumnya, suara yang menolak pengesahan mencapai 70%. Tapi, karena konversi saham, suara kami tinggal 11%," pungkas Haryanto. Sampai berita ini diturunkan, KONTAN belum berhasil menghubungi manajemen DAVO.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri