Duh! Defisit transaksi migas kian besar



JAKARTA. Impor minyak seakan menjadi momok bagi pemerintah Indonesia. Meskipun harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi sudah naik pada Juni 2013 lalu, tetap saja konsumsi BBM tetap tinggi.

Berdasarkan data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan III 2013 dari Bank Indonesia (BI) yang diumumkan Rabu (13/11) menunjukkan, nilai impor minyak triwulan III mencapai nilai US$ 10,668 miliar atau naik 11,86% dari periode sebelumnya sebesar US$ 9,537 miliar.

Kenaikan nilai impor itu tak seimbang dengan kenaikan ekspor minyak Indonesia yang tercatat di triwulan II 2013 senilai US$ 4,812 di triwulan III 2013. Nilai ekspor minyak ini naik dari kuartal sebelumnya sebanyak, US$ 4,243 miliar.


Alhasil, defisit neraca perdagangan migas pada periode Juli sampai September tercatat senilai US$ 5,856 miliar. Nilai defisit ini membengkak 38,7% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2012 lalu, yang hanya mencapai US$ 4,222 miliar.

Bila dibandingkan dengan triwulan II 2013, defisit neraca perdagangan masih tetap naik sebesar 10,62%. Direktur Eksekutif Komunikasi Bank Indonesia (BI) Difi Johansyah mengatakan, defisit neraca perdagangan migas terjadi karena naiknya konsumsi BBM di dalam negeri.

Apalagi, di kuartal III ada hari raya Idul Fitri yang menyebabkan jumlah impor BBM melonjak naik. Tak heran apabila data current account defisit (CAD) atawa defisit transaksi berjalan triwulan III 2013 belum mampu turun signifikan.

Defisit transaksi berjalan triwulan III menyusut menjadi US$ 8,4 miliar atau setara 3,8% dari PDB. Pada triwulan sebelumnya, nilai defisit tercatat sebesar US$ 9,9 miliar atau 4,4% dari PDB.

BI berharap, ke depannya impor migas bisa segera ditekan guna menekan defisit transaksi berjalan. "Pekerjaan rumah paling besar kita adalah BBM ini," ujar Difi, Rabu (13/11).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri