KONTAN.CO.ID - SEOUL. Lonjakan kasus virus corona kembali terjadi di Korea Selatan. Sabtu (20/6) Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC) melaporkan, ada 67 kasus virus corona baru, jumlah ini naik signifikan dari posisi hari sebelumnya yang sebanyak 49 kasus. Jumlah infeksi baru kali ini juga yang tertinggi sejak 23 Mei lalu. Kala itu, jumlah kasus baru virus corona mencapai 79 dalam 1 hari. KCDC menyebut, lonjakan kasus positif virus corona kali ini didorong kasus impor yang mengerek kekhawatiran terhadap gelombang kedua Covid-19. Dari kasus-kasus baru, 31 berasal dari luar negeri dan 36 lainnya ditransmisikan secara lokal.
Baca Juga: Balas dendam, Korea Utara bersiap kirim selebaran anti-Seoul ke Korea Selatan Lonjakan kasus impor adalah yang terbesar sejak negara itu melaporkan ada 40 kasus impor pada 5 April lalu. Korea Selatan melihat penurunan nyata dalam kasus impor menjadi hanya satu digit untuk beberapa minggu terakhir, dibandingkan dengan kisaran 30-40 antara akhir Maret dan awal April. Kasus impor mulai diketahui setelah tujuh warga negara Banglades dan dua warga Korea Selatan dinyatakan positif virus setelah memasuki Korea Selatan dalam penerbangan yang sama dari Dhaka. Melonjaknya kasus impor memperdalam kekhawatiran tentang kemungkinan gelombang infeksi lain dan menempatkan tekanan lebih lanjut pada otoritas kesehatan meskipun berbulan-bulan sudah mengupayakan segala cara untuk membendung virus. Termasuk kasus impor, Seoul melaporkan 14 kasus baru, meningkatkan jumlah kasus menjadi 1.202, dengan Provinsi Gyeonggi dan Incheon masing-masing ada 17 dan lima. Pusat kota Daejeon, tempat penyebaran kluster baru muncul, menambahkan lima kasus lagi, sehingga jumlah total kasus menjadi 72. Korea Selatan telah melihat peningkatan jumlah infeksi di Daejeon, sekitar 160 kilometer selatan Seoul dalam beberapa hari terakhir, memicu kekhawatiran bahwa komunitas seperti itu menyebar di luar ibukota dan daerah sekitarnya dapat berarti kemungkinan gelombang infeksi kedua mulai terjadi. Sebagian besar kasus Daejeon, berasal dari kluster dari sebuah gereja dan perusahaan penjualan dengan skema
door to door. Hal ini membuat penyebaran sulit dilacak, sehingga mempersulit pihak berwenang untuk mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengatasi virus tersebut.
Baca Juga: Setelah adu kungfu dengan India, China dituding menyerang Australia Lonjakan kasus harian baru kemungkinan akan mendorong pemerintah untuk memikirkan kembali praktik-praktik memperketat jarak sosial yang sempat dilonggarkan pada pada awal Mei setelah kurva virus rata dari puncaknya. Asal tahu saja, puncak kasus virus corona di Korea Selatan terjadi di akhir Februari, saat itu lebih dari 900 kasus baru per harian. Namun, setelah sejumlah langkah pelonggaran, serangkaian infeksi kluster sporadis di daerah Seoul segera muncul, dan tidak menunjukkan tanda-tanda turun.
Editor: Anna Suci Perwitasari