Duh, Pemerintah Mulai Ragu Turunkan BBM Bersubsidi



JAKARTA. Pemerintah mulai ragu menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada 15 Januari 2009 nanti. Ini setelah melihat anomali harga BBM, minyak mentah termasuk nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akhir-akhir ini. Berdasarkan data New York Mercantile Exchange, harga minyak mentah untuk kontrak Februari 2009 sebesar US$ 46,74 per barel. Harga ini melompat sedikit apabila dibandingkan pada saat pemerintah menurunkan harga BBM bersubsidi pada 15 Desember 2008 lalu. Ketika itu, harga minyak mentah sebesar US$ 44,51 per barel. Namun, pemerintah khawatir melihat situasi dan kondisi dunia saat ini seperti perang antara Israel dan Palestina yang akan memicu kenaikan harga minyak mentah dunia seperti tahun lalu. Keraguan pemerintah ini juga dipicu soal kecukupan alokasi anggaran subsidi BBM dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang hanya Rp 54 triliun. Apalagi, saat ini harga jual Solar dan Minyak Tanah masih di atas harga keekonomian. "Kita harus berpikir untuk satu tahun ke depan bukan untuk Januari saja," kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Evita Legowo, Minggu (4/1). Pada akhir 2008 lalu, Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro juga mengatakan pemerintah belum tentu menurunkan harga BBM pada 15 Januari 2009 nanti. Apabila ada kejadian drastis seperti lonjakan harga minyak mentah, pemerintah juga akan mengatrol banderol BBM. Yang jelas, pemerintah belum mengambil keputusan apa-apa pun hingga kemarin. Deputi Menteri Koordinator Ekonomi Bidang Energi, Sumber Daya Mineral dan Kehutanan Wimpy S. Tjetjep mengatakan pemerintah masih mengkaji fluktuasi harga minyak mentah dunia. Namun, pengamat perminyakan Kurtubi menepis keraguan pemerintah. Dia mengatakan harga Premium sudah sepantasnya turun tanpa tunggu waktu. "Premium bisa turun hingga Rp 4.000 per liter, Solar belum bisa turun karena harga di pasar internasional masih tinggi," katanya. Kurtubi memastikan, dampak perang Israel-Palestina dan pembatasan produksi oleh OPEC hanya mendongkrak harga minyak mentah menjadi US$ 60 per barel saja. "Kenaikan akan tergantung dengan recovery ekonomi dunia," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: