Duh! Pengembang properti dibayangi risiko gagal bayar



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peringkat kredit pengembang properti diprediksi tetap lemah pada 2020-2021. Likuiditas yang buruk dan kebutuhan refinancing alias pembiayaan kembali meningkatkan risiko gagal bayar bagi beberapa pengembang.

Moody's Investors Service dalam laporan terbarunya menjelaskan bahwa guncangan kemampuan konsumsi yang dipicu pandemi Covid-19 akan mendorong kontraksi ekonomi dan menurunkan permintaan di semua segmen sektor properti Indonesia selama 6-12 bulan ke depan, yang membuat peringkat kredit tertekan.

Baca Juga: Lippo dan Supra Boga gandengan dalam pembukaan Ranch Market di 4 mal


"Kami memperkirakan penjualan ritel yang lemah akan mengganggu tingkat okupansi dan sewa properti ritel, sementara kelebihan pasokan  di segmen perkantoran akan membatasi pendapatan dan penjualan lahan industri turun karena perusahaan mengurangi belanja modal," jelas Vice Presodent dan Senior Credit Officer Moody's Jacinta Pooh dalam laporan yang dikutip Kontan.co.id, Rabu (9/9).

Segmen perumahan diprediksi memiliki kinerja yang relatif lebih baik, mengingat adanya keinginan dari pengembang untuk menurunkan harga dan adanya potensi pelonggaran aturan untuk pembeli asing. Permintaan paling kuat diprediksi berasal dari proyek perumahan dengan harga di bawah Rp 1 miliar.

Pendapatan pra-penjualan atau penjualan pemasaran (marketing sales) akan menurun secara luas di 2020, dengan agregat marketing sales gabungan dari enam pengembang yang dinilai Moody turun 25% dari angka tahun 2019.

Perlambatan marketing sales bersamaan dengan PSAK baru akan mendorong penurunan pendapatan dan menyebabkan leverage dan interest coverage akan melemah di 2020-2021, lebih rendah dari tahun lalu.

Baca Juga: Kaum milenial memburu hunian klaster Cendana Peak LPKR, ini kisaran harganya

Bagi sebagian besar pengembang, likuiditas akan melemah selama 12 bulan ke depan karena penurunan arus kas operasi dan jatuh tempo utang yang akan datang. PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) dengan peringkat Caa1 negatif dan PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) dengan peringkat B3 negatif, keduanya menghadapi penurunan arus kas operasi dan bergantung pada dana eksternal untuk memenuhi utang yang jatuh tempo pada 2021, meningkatkan risiko gagal bayar .

Sementara itu, arus kas PT Modernland Realty Tbk  (MDLN) untuk Ca negatif telah turun sehingga tidak dapat memenuhi pembayaran bunga atas obligasi dolar Amerika Serikat (AS) milik perusahaan tersebut. Kondisi tersebut membuat MDLN merestrukturisasi surat utangnya tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto