Duh, POLY kesulitan cairkan capex



JAKARTA. Upaya restrukturisasi utang yang tak kunjung usai membuat PT Asia Pacific Fiber Tbk (POLY) sulit bergerak bebas. Ekspansi yang direncanakan perusahaan terpaksa tertunda lantaran POLY tidak bisa memperoleh pinjaman bank untuk belanja modal atau capital expenditure (capex) selama restrukturisasi itu belum selesai.Sebenarnya, manajemen ingin membangun pabrik baru yang memproduksi serat filamen sejak beberapa waktu yang lalu. Manajemen juga sudah menyiapkan rencana belanja modal senilai US$ 40 juta yang dibutuhkan untuk membangun pabrik ini."Tapi, anggaran itu baru bisa direalisasikan kalau proses restrukturisasi utangnya sudah selesai," ungkap Tunaryo, Sekertaris Perusahaan POLY, (12/12).Selama proses restrukturisasi itu belum selesai, manajemen hanya akan melakukan maintenance atas pabrik-pabrik yang dimiliki POLY. Saat ini, POLY memiliki pabrik dengan dengan utilisasi mencapai 95%.Utilisasi yang tinggi itu merupakan hasil dari upaya perusahaan untuk menggenjot kapasitas produksi perusahaan demi menghadapi harga komoditas kapas yang terus menurun. Tapi, upaya ini justru membuat marjin perusahaan tertekan.Coba tengok marjin salah satu produk POLY, yaitu purified terephtolic acid (PTA), yang terus tertekan. Tahun 2011, marjin PTA ada di level US$ 234 per ton. Angkanya turun menjadi US$ 85 per ton tahun lalu, dan terus susut menjadi US$ 56 hingga September lalu.Menanggapi hal tersebut, POLY membuat produk dengan spesialisasi khusus. POLY memproduksi serat sintetis seperti serat tahan api, yang bisa digunakan pada industri hilir mulai dari sektor kesehatan hingga otomotif.Semua kegiatan itu tentunya membutuhkan modal. Tapi, lantaran POLY belum bisa mencari pinjaman, maka pada 2010 lalu Damiano Investment B.V, selaku pemegang saham mayoritas POLY, menalangi belanja modal POLY senilai US$ 50 juta.Sejak dana talangan itu dikucurkan, hingga hari ini POLY telah menggunakannya sekitar US$ 30 juta. "Sisa US$ 20 juta inilah yang akan kami gunakan untuk kebutuhan tahun depan," pungkas Tunaryo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie