KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Salah satu momen perputaran uang paling besar di Indonesia adalah saat perayaan Idul Fitri, yakni konsumsi rumah tangga akan naik 2 - 3 kali lipat, baik untuk kebutuhan pangan maupun sandang serta mengalirnya uang pemudik dari kota ke berbagai daerah tujuan. Ketua DPD Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) DKI Jakarta Sarman Simanjorang menilai, tingginya perputaran uang saat Lebaran merupakan tradisi atau budaya yang biasanya masyarakat sudah manabung jauh jauh hari untuk dibelanjakan saat Lebaran, kemudian bagi pekerja mendapatkan THR dan bonus yang pada umumnya akan dibelanjakan saat hari raya tersebut. Data Bank Indonesia (BI) menyebutkan peredaran uang dalam bentuk uang tunai selama masa Idul Fitri 2019 mencapai Rp 192 triliun, meningkat 13,5% dibanding periode sama tahun 2018 yang mencapai Rp 191,3 triliun. Untuk Lebaran 2020 peredaran uang diperkirakan turun signifikan sebesar Rp 158 triliun atau sebesar 17,7% penurunan ini sebagai dampak sistematik pandemi virus corona (Covid-19).
“Namun jika dilihat realitas saat ini jumlah penurunan tersebut berpotensi semakin besar, indikatornya pertumbuhan ekonomi nasional kuartal pertama menurun 2,97%,” ujar Sarman dalam keterangannya, Minggu (17/5). Ada lima alasan penurunan peredaran uang atau kebutuhan uang tunai masa Idul Fitri tahun ini yaitu
Pertama, sumber pendapatan masyarakat menurun akibat kebijakan Work From Home (WFH) dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Kedua, masyarakat lebih selektif dan berhati hati membelanjakan uangnya.
Ketiga, pengaturan ulang hari libur dari semula 12 hari menjadi 5 hari.
Keempat, mayoritas pekerja swasta tertunda atau belum menerima Tunjangan Hari Raya (THR), dan
Kelima, larangan pemerintah untuk tidak melakukan mudik pada Hari Raya Idul Fitri di tahun ini. Sarman bilang larangan mudik ini sesuatu yang wajar karena potensi pemudik menularkan Covid-19 kepada keluarga dan kerabat dan sahabat dikampung halaman sangat terbuka. Demi keselamatan bersama dan untuk mempercepat matinya penyebaran virus Covid-19, larangan mudik sesuatu yang harus ditaati. Pada kondisi normal, aliran uang dari kota ke daerah tujuan mudik saat puncak Idul Fitri selalu naik dari tahun ke tahun. Jika dalam kondisi normal uang yang mengalir ke daerah tujuan mudik tahun 2020 ini diperkirakan sebesar Rp 10,8 triliun naik 13,7% dari tahun 2019 sebesaar Rp 9,5 triliun. “Jika tidak ada Covid-19 maka diperkirakan jumlah pemudik dari Jabodetabek ke berbagai daerah tujuan mudik diperkirakan mencapai 7.640.288 jiwa atau setara 2.546.763 keluarga. Jika setiap keluarga membawa uang rata rata Rp 4,25 juta per keluarga, maka dana yang mengalir ke daerah tujuan mudik diperkirakan mencapai Rp. 10,8 triliun,” ujar dia. Seperti tahun tahun sebelumnya aliran uang dari kota ke daerah akan mampu menggerakkan perekonomian karena para pemudik akan banyak membelanjakan uangnya di kawasan destinasi pariwisata, oleh-oleh khas daerah, aneka produk UMKM seperti makanan atau kuliner dan kerajinan daerah, batik dan uang lebaran/saku kepada keluarga.Disamping itu dalam perjalanan mudik,uang tersebut sudah mulai mengalir pada usaha transportasi bus, kereta api, travel, rental, SPBU, restoran makanan sepanjang jalan arus mudik atau
rest area. Umumnya uang pemudik lebih banyak beredar di Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan Yogyakarta serta sebagian di Sumatera (Lampung, Sumatera Barat, Sumatera Selatan) dan sisanya daerah Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.
Namun dampak Covid-19 ini perputaran uang dan aliran ke daerah tidaklah seperti tahun tahun sebelumnya, yang tadinya diperkirakan aliran uang dari Jakarta ke daerah tujuan wisata sekitar Rp 10,8 triliun diperkirakan akan turun 80% atau hanya sekitar Rp 2 triliun. Dana itupun hanya mengalir melalui kiriman atau transfer via bank atau kantor pos dari warga yang masih punya simpanan atau kelebihan untuk dibagikan kepada keluarga di kampung. Alhasil, Sarman menyebut Idul Fitri tahun ini tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah. Harapan para pelaku UMKM untuk mendapat omzet dan keberuntungan saat momen lebaran kali ini pupus. Akan tetapi masih ada peluang pada akhir tahun,dimana pemerintah akan memindahkan libur Lebaran ke akhir tahun dengan catatan bahwa kondisi ekonomi sudah mulai normal dan pendapatan masyarakat sudah mulai membaik, sehingga ada kemungkinan mudik dan liburan ke kampung halaman. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Fahriyadi .