JAKARTA. Laporan keuangan PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) untuk tahun buku 2013 memiliki keganjalan. Yakni, ada sejumlah duit yang tidak tahu ke mana rimbanya. Nilainya mencapai US$ 201 juta. Hal ini memicu Bumi Plc selaku pemilik 84,7% PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) dan 29,2% saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menetapkan standard operating procedure (SOP) yang baru, khususnya bagi dewan direksi BRAU.Eko Santoso selaku direktur utama BRAU mengatakan, sebelum kasus ini terjadi, dewan direksi memiliki kontrol atas pengeluaran perusahaan hingga US$ 100 juta. Tapi, sekarang direksi hanya berhak atas pengeluaran senilai US$ 1 juta. "Jika di atas nominal tersebut harus sepengetahuan financial controller di London," imbuhnya, Sabtu (29/6).SOP yang baru itu memang membuat kebijakan yang nantinya diambil dewan direksi menjadi terbatas. Tapi, dengan modifikasi ini diharapkan mampu meningkatkan transparansi keuangan BRAU.Lebih jauh Eko menjelaskan, dengan beragam modifikasi termasuk penambahan komisaris BRAU yang baru, diharapkan mampu membuat pengawasan menjadi lebih baik. Sehingga pada akhirnya, kinerja perusahaan dapat kembali positif. Catatan saja, BRAU baru saja memasukan Nick von Schirndingsaid ke dalam jajaran komisaris BRAU. Schirndingsaid juga merupakan chief executive officer (CEO) Bumi Plc."Jadi, bukan hanya kinerja perusahaan yang terangkat, tapi juga aspek transparansinya," pungkas Eko.Sekadar informasi, sekitar akhir Mei Bumi Plc merilis kinerja keuangannya. Dalam rilis tersebut, Bumi Plc menderita kerugian US$ 2,32 miliar, melesat 788% dibanding rugi bersih periode sebelumnya, sebesar US$ 337 juta.Pihak Bumi Plc menuding, kerugian itu dipicu oleh adanya dua pembayaran (payment) senilai US$ 152 juta di tahun 2012 dan US$ 49 juta di tahun 2011 yang tidak bisa dibuktikan secara jelas tujuan bisnisnya. Karena itu, dewan direksi Bumi Plc lantas menyatakan dua pengeluaran senilai US$ 152 juta di tahun 2012 sebagai pengeluaran lain-lain atau exceptional cost pada laporan keuangannya.Pengeluaran sebesar US$ 152 juta itu oleh manajemen BRAU sebelumnya dilaporkan sebagai pengeluaran untuk hauling road (jalan tambang) dan konstruksi yang sedang berlangsung senilai US$ 79 juta. Selain itu, BRAU juga mencantumkan transaksi pembayaran tanah sebesar US$ 42 juta serta US$ 5 juta dicatatkan sebagai goodwill. Pengeluaran lainnya senilai US$ 24 juta juga dilaporkan sebagai biaya konsultasi tambahan yang kemudian direklasifikasikan sebagai biaya lain-lain.Sedangkan, pengeluaran misterius pada tahun 2011 senilai US$ 49 juta, oleh manajemen BRAU, sebanyak US$ 45 juta dilaporkan sebagai reklasifikasi atas harga pokok penjualan (sale cost). Sedangkan, sekitar US$ 4 juta dicatatkan sebagai aset yang sedang dibangun. Sebenarnya masih ada US$ 20 juta sebagai pendapatan pajak tambahan yang kemudian dihapusbukukan (write off).Padahal pada pertengahan April 2013 lalu, tim audit BRAU hanya mengungkap adanya pengeluaran tahun 2012 senilai US$ 56 juta bagi hauling road dan overburden removal yang tidak memiliki bukti transaksi kuat. Selain itu, masih ada pembayaran kompensasi tanah senilai US$ 38 juta yang tidak bisa divalidasi. Review tersebut juga mengidentifikasi adanya beban-beban yang tidak dimasukkan dalam neraca kas.
Duit hilang, kewenangan direksi BRAU berkurang
JAKARTA. Laporan keuangan PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) untuk tahun buku 2013 memiliki keganjalan. Yakni, ada sejumlah duit yang tidak tahu ke mana rimbanya. Nilainya mencapai US$ 201 juta. Hal ini memicu Bumi Plc selaku pemilik 84,7% PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) dan 29,2% saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menetapkan standard operating procedure (SOP) yang baru, khususnya bagi dewan direksi BRAU.Eko Santoso selaku direktur utama BRAU mengatakan, sebelum kasus ini terjadi, dewan direksi memiliki kontrol atas pengeluaran perusahaan hingga US$ 100 juta. Tapi, sekarang direksi hanya berhak atas pengeluaran senilai US$ 1 juta. "Jika di atas nominal tersebut harus sepengetahuan financial controller di London," imbuhnya, Sabtu (29/6).SOP yang baru itu memang membuat kebijakan yang nantinya diambil dewan direksi menjadi terbatas. Tapi, dengan modifikasi ini diharapkan mampu meningkatkan transparansi keuangan BRAU.Lebih jauh Eko menjelaskan, dengan beragam modifikasi termasuk penambahan komisaris BRAU yang baru, diharapkan mampu membuat pengawasan menjadi lebih baik. Sehingga pada akhirnya, kinerja perusahaan dapat kembali positif. Catatan saja, BRAU baru saja memasukan Nick von Schirndingsaid ke dalam jajaran komisaris BRAU. Schirndingsaid juga merupakan chief executive officer (CEO) Bumi Plc."Jadi, bukan hanya kinerja perusahaan yang terangkat, tapi juga aspek transparansinya," pungkas Eko.Sekadar informasi, sekitar akhir Mei Bumi Plc merilis kinerja keuangannya. Dalam rilis tersebut, Bumi Plc menderita kerugian US$ 2,32 miliar, melesat 788% dibanding rugi bersih periode sebelumnya, sebesar US$ 337 juta.Pihak Bumi Plc menuding, kerugian itu dipicu oleh adanya dua pembayaran (payment) senilai US$ 152 juta di tahun 2012 dan US$ 49 juta di tahun 2011 yang tidak bisa dibuktikan secara jelas tujuan bisnisnya. Karena itu, dewan direksi Bumi Plc lantas menyatakan dua pengeluaran senilai US$ 152 juta di tahun 2012 sebagai pengeluaran lain-lain atau exceptional cost pada laporan keuangannya.Pengeluaran sebesar US$ 152 juta itu oleh manajemen BRAU sebelumnya dilaporkan sebagai pengeluaran untuk hauling road (jalan tambang) dan konstruksi yang sedang berlangsung senilai US$ 79 juta. Selain itu, BRAU juga mencantumkan transaksi pembayaran tanah sebesar US$ 42 juta serta US$ 5 juta dicatatkan sebagai goodwill. Pengeluaran lainnya senilai US$ 24 juta juga dilaporkan sebagai biaya konsultasi tambahan yang kemudian direklasifikasikan sebagai biaya lain-lain.Sedangkan, pengeluaran misterius pada tahun 2011 senilai US$ 49 juta, oleh manajemen BRAU, sebanyak US$ 45 juta dilaporkan sebagai reklasifikasi atas harga pokok penjualan (sale cost). Sedangkan, sekitar US$ 4 juta dicatatkan sebagai aset yang sedang dibangun. Sebenarnya masih ada US$ 20 juta sebagai pendapatan pajak tambahan yang kemudian dihapusbukukan (write off).Padahal pada pertengahan April 2013 lalu, tim audit BRAU hanya mengungkap adanya pengeluaran tahun 2012 senilai US$ 56 juta bagi hauling road dan overburden removal yang tidak memiliki bukti transaksi kuat. Selain itu, masih ada pembayaran kompensasi tanah senilai US$ 38 juta yang tidak bisa divalidasi. Review tersebut juga mengidentifikasi adanya beban-beban yang tidak dimasukkan dalam neraca kas.