Karung plastik merupakan salah satu produk plastik yang mendulang banyak permintaan, selain kantong plastik. Kebutuhan karung plastik cenderung meningkat karena berbagai macam industri membutuhkan kemasan penyimpan ini. Bukan hanya industri pertanian dan perkebunan, industri pertambangan dan peternakan pun butuh karung plastik. Pertumbuhan industri secara tak langsung mengerek permintaan terhadap karung plastik. Selain itu, pekerjaan infrastruktur juga meningkatkan kebutuhan karung plastik. Tengok saja, pekerjaan galian tanah di jalan protokol atau lingkungan. Pemilik proyek seringkali meminta kontraktor memakai karung plastik supaya tanah galian tak berceceran, dan rapi. Meskipun pemain bisnis ini cukup banyak, kue usaha ini masih cukup luas. “Yang penting pemasarannya terus diperhatikan karena saat ini pabrik karung plastik sangat banyak dan selalu bertambah. Di Jawa Timur saja ada 27 pabrik karung plastik,” ujar Arnoldus Koju, HRD Manager PT Injaplast.
Perusahaan yang berada di Surabaya, Jawa Timur, ini memulai produksi karung plastik sejak 1988. Kini, Injaplast dipimpin oleh Dicky Poernomo sebagai generasi ketiga. Produksi Injaplast tidak hanya memenuhi kebutuhan karung plastik di dalam negeri. Injaplast juga mengekspor produknya ke beberapa negara di Asia sampai Amerika Selatan. Arnold menuturkan, permintaan karung plastik meningkat sekitar 5%–10% per tahun. Di tengah persaingan yang ketat ini, kualitas lah yang harus dikejar agar produksi bisa terus berjalan. Injaplast bisa bertahan lebih dari 20 tahun karena mengutamakan kualitas. Menurut dia, karung plastik harus punya elastisitas tinggi. Itu menandakan karung plastik yang berkualitas bagus. Selain itu, kerapatan anyaman juga harus diperhatikan agar karung plastik bisa dipakai untuk banyak industri. Injaplast memproduksi berbagai macam karung plastik dengan ukuran 25 kilogram (kg), 50 kg, dan 100 kg. Dari segi ketebalan, Injaplast menyediakan karung plastik dengan tebal 600 dinear hingga 1.200 dinear. Adapun dari jenis, Injaplast membuat karung plastik
woven bag dan
jumbo bag. Namun, mayoritas pelanggannya memesan
woven bag, karung plastik dengan ukuran 25 kg dan 50 kg. Konsumen sering memakai karung plastik untuk mengemas pupuk, beras, dam berbagai komoditas pertanian dan perkebunan. Terkadang, Injaplast juga menerima pesanan untuk industri pertambangan. “Tapi, untuk pertambangan masih jarang karena biasanya permintaan mereka tidak dalam jumlah banyak,” kata pria yang sudah bekerja selama 10 tahun di PT Injaplast ini. Arnold bilang, Injaplast menetapkan minimal pemesanan 20.000 lembar. Untuk memenuhi pemesanan karung dengan ukuran berbeda, butuh biaya tambahan dan waktu yang lama untuk pengalihan produksi. Saban bulan, Injaplast memproduksi 600 juta ton atau setara dengan sembilan juta lembar karung plastik. Adapun harga karung ditentukan oleh lebar dan ketebalan karung plastik. “Hitung harga tergantung jenis karung dan ketebalan serta ukuran karung yang diminta,” tambahnya. Di Injaplast, harga karung plastik dipatok Rp 1.300–Rp 4.000 per kg. Tiap kilogram karung berisi 25 lembar hingga 40 lembar karung plastik. Sementara, Arnold bilang, laba bersih dari usaha ini kira-kira 10%–20%. Sejauh ini, Injaplast pernah memasok hingga ratusan perusahaan. Misalnya Bulog, Pusri, pupuk Saraswati, Petrokimia memasok karung plastik dari Injaplast. Pemain bisnis karung plastik yang lain adalah Arie Sandy. Pemilik Huga Media ini sudah menjual karung plastik sejak 2010 di Kendal, Jawa Tengah. Arie mengatakan, saat ini, selain pemasok banyak juga distributor karung plastik. Semua masih berpusat di Jawa. Padahal kebutuhan karung plastik tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Arie tidak memproduksi karung plastik sendiri. Ia mendapatkan karung plastik dari beberapa pabrik di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ia lebih sering menjual karung plastik secara eceran. Dalam sebulan ia bisa melego setidaknya 20.000 lembar. “Saya jual ecer dan kalau di pasar kebutuhan pasar ecer kebanyakan untuk karung berukuran 25 kg dan 50 kg,” katanya. Setiap karung plastik dia banderol seharga Rp 1.000–Rp 3.000 per lembar. Menurut dia, setiap tahun permintaan karung plastik selalu bertambah bisa mencapai 10%. Akhir-akhir ini, kata Arie, ia sering mendapat pesanan karung plastik dari Kalimantan. Maklum, di sana belum ada produsen karung plastik. Di Kalimantan, karung plastik digunakan untuk kebutuhan pertambangan, limbah sawit, dan gabah padi. Untuk memenuhi kebutuhan karung plastik di pabrik tambang mangan, Caroline Subrata pun memasok dari Jawa. Awalnya, Direktur PT Vijay Titan Internasional ini hanya bermaksud memenuhi kebutuhan sendiri. “Dalam sebulan kebutuhan karung plastik kami untuk mengangkut barang tambang sekitar satu kontainer atau 80.000 lembar,” ujarnya. Caroline bilang dia harus memasok dari Jawa karena belum ada produsen karung plastik di NTT. Ia membeli karung plastik seharga Rp 1.500 per lembar. “Selain dari pabrik, kami beli juga dari pengepul dan disimpan di gudang,” ucap dia. Lantaran ada permintaan, Caroline juga menjual satu kontainer karung plastik untuk perusahaan pakan ternak. Karena digunakan untuk pakan ternak, karung plastik ini tidak harus baru dari pabrik. Makanya, harga bisa lebih murah, yakni Rp 800 per lembar. Yang penting, karung plastik tak boleh bekas menyimpan bahan kimia atau penyimpanan beras. Butuh biaya besar Anda tertarik menjajal usaha ini? Siapkan dana yang banyak. Arnold bilang, jarang pelaku UKM yang melirik usaha karung plastik. Pasalnya, untuk merintis usaha pembuatan karung plastik membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Beberapa hal yang harus disiapkan adalah mesin dan pabrik yang luas. Caroline menambahkan, pembuatan karung plastik harus dilakukan pabrik, tidak bisa oleh industri rumahtangga. Pasalnya, pembuatan karung plastik ini membutuhkan beragam jenis mesin. “Oleh karena itu, investasi terbesar ada pada pembelian mesin,” tandasnya. Mesin-mesin itu antara lain, ekstruder atau mesin pembuatan benang, mesin
loom yang memintal benang menjadi karung, serta mesin jahit, mesin potong, serta mesin
printing untuk mencetak merek. Arnold menjelaskan, pembuatan karung plastik dimulai dari bijih plastik berupa butiran-butiran kecil berwarna putih bening. Injaplast mengimpor sebanyak 600 ton bijih plastik dari China per bulan. “Terakhir pembelian bijih plastik ini sekitar Rp 25.000 per kg,” ucapnya. Selanjutnya bijih plastik dimasukkan ke dalam ekstruder untuk dipanaskan, dibekukan, dan diolah menjadi benang dalam gulungan pada
bobbin. Ini merupakan tahap paling penting dalam pembuatan karung plastik karena benang merupakan bahan pokok pembuatan karung plastik. “Keberhasilan membuat benang menjadi kunci dalam proses produksi karung plastik,” tutur dia. Kemudian, benang turun ke mesin pemintal atau perajut (
loom). Pada mesin tersebut, benang dipintal sehingga menghasilkan rol karung plastik. Ada sekitar 1.500 meter (m)–2.000 m karung plastik pada tiap rol tersebut. Karung plastik dalam gulungan ini masuk ke tahap
finishing. Pada tahap akhir ini, mesin yang dibutuhkan yakni mesin potong, mesin jahit, dan mesin
printing. Bila karung tak perlu cetakan merek atau polos, mesin ini bisa jadi pengecualian. Dari segi biaya, mesin ekstruder cukup mahal. Kata Arnold, Injaplast membeli mesin ekstruder seharga Rp 1,5 miliar. Mesin ini bisa diimpor dari India atau Taiwan. Saat ini, Injaplast memiliki lima mesin ekstruder. Mesin
loom juga diimpor dengan harga Rp 175 juta. “Total mesin
loom kami ada 105 buah,” ujar dia. Namun, pemain baru, tentu saja tak harus langsung beroperasi dengan jumlah mesin yang banyak. Anda bisa memulainya dengan satu mesin ekstruder, beberapa mesin
loom, dan mesin-mesin pendukung lainnya. Meskipun begitu, tetap butuh modal miliaran rupiah. Hal kedua yang perlu jadi perhatian ialah pabrik. Untuk pembuatan karung plastik, butuh pabrik yang cukup luas. Pasalnya tiap mesin ekstruder dengan lebar 5 meter dan panjang 15 meter, butuh ruang yang luas. Belum lagi untuk menempatkan mesin
loom yang lebih kecil tapi dalam jumlah banyak. Pabrik Injaplast saat ini seluas 23.000 meter persegi. Arnold menambahkan, tahap
finishing biasanya butuh waktu yang lama. Pasalnya, karung plastik dijahit satu per satu dengan tenaga manusia, bukan menggunakan mesin otomatis. “Apalagi untuk teknik jahit mulut dan jahit sorong pada karung, tak bisa dilakukan mesin harus dijahit manual,” katanya. Karena itu, pabrik butuh cukup banyak karyawan untuk mengoperasikan mesin. Untuk tiap mesin loom membutuhkan tiga karyawan. Makanya, karyawan Injaplast saat ini mencapai 300 orang. Sebagian besar berada di bagian produksi. Untuk pengeluaran bulanan, usaha ini juga butuh biaya besar. Belanja terbesar ada pada pembayaran gaji karyawan, pembelian bijih plastik, spare part mesin, dan ongkos listrik serta bahan bakar. “Saban bulan cost operasional kami Rp 1,5 miliar,” tandas Arnold. Kalau punya duit sekarung, siapa tahu Anda cocok menjadi juragan pabrik karung? Kendala yang perlu kewaspadaan Menjalankan usaha skala pabrik tentu tidak gampang. Banyak sekali hal yang harus diwaspadai agar roda bisnis terus berjalan. Arnoldus Kocu, HRD Manager PT Injaplast, mengatakan, usaha pembuatan karung plastik memiliki beberapa kendala yang harus diperhatikan, mulai dari suplai bahan baku, produksi, hingga bagian pemasaran. Ia menyarankan untuk menjalin kerjasama dengan pemasok yang sudah terpercaya. Ada beberapa pertimbangan untuk memilih pemasok. Selain kualitas bijih plastik, pengiriman dan pengepakan juga harus diperhatikan. Jika kualitas bijih plastik bagus tapi pengiriman sering terlambat dan lalai dalam pengepakan, pabrik bisa menanggung rugi. ”Terkadang karung bijih plastik sobek atau basah. Kalau sudah begitu, bijih plastik tidak bisa digunakan lagi untuk menghasilkan benang,” tuturnya. Dari segi harga, sebenarnya bijih plastik cenderung stabil. Akan tetapi karena diimpor, nilai tukar rupiah terhadap dollar yang fluktuatif jadi faktor yang memengaruhi harga bijih plastik. Arnold bilang, kalau nilai tukar naik tinggi, Injaplast akan menaikkan harga jual karung plastik. Namun itu jadi pilihan terakhir. Pasalnya, pelanggan sensitif terhadap kenaikan harga. “Mereka bisa pindah ke produsen lain karena harga,” ucapnya.
Kendala lain ialah persaingan yang kadang tidak sehat. Beberapa pemain kadang suka nakal dengan menurunkan harga. Walaupun tidak untung banyak, yang penting mereka mendapat pembeli. Akan tetapi jika itu terjadi, Injaplast atau produsen lain bisa membawanya dalam forum Gabungan Industri Aneka Tenun Plastik Indonesia (GIATPI). Asosiasi tersebut menjaga agar tidak terjadi kecurangan para pemainnya. Sementara di bagian produksi, pengawasan merupakan kunci utama. Kontrol terhadap kualitas produk tidak hanya dilakukan saat karung plastik sudah jadi. Pengawasan produk dimulai ketika benang sudah diproduksi. Cek lagi ketebalan dan elastisitas benang agar siap diolah menjadi karung plastik. Ketika karung plastik sudah jadi pun, perhatikan lagi ukuran panjang dan lebar karung. Jangan sampai ada karung yang ukurannya berbeda dengan karung lainnya. Demikian pula untuk karung plastik yang dicetak atau dilaminating. “Warna dan kelengketan cetakan itu harus pas sesuai dengan permintaan pembeli,” kata dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tri Adi