Duit Tiga Pilar (AISA) mengalir ke banyak perusahaan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) akhir pekan lalu akhirnya memberhentikan dewan direksi. Penyebabnya: pemegang saham tidak puas dengan penjelasan direksi terkait aliran dana investasi emiten ini ke sejumlah perusahaan.

KONTAN menelusuri status kepemilikan perusahaan-perusdahaan tersebut. Aliran dana AISA antara lain ke beberapa perusahaan melalui PT Semar Sukses dan PT Semar Kencana. Kedua perusahaan dimiliki secara tidak langsung oleh Joko Mogoginta (Lihat tabel).

Laporan keuangan AISA juga menyebutkan terjadi akuisisi saham PT Jaya Mas dari PT Jom Prawarsa Indonesia. Joko tercatat memegang 0,01% saham Jaya Mas. Selain itu, Joko juga merupakan pemilik 80% saham Jom.


KKR, selaku pemegang saham, menilai direksi tak mampu memberikan penjelasan memadai terkait transaksi tersebut. Komisaris AISA Jaka Prasteya dan Hengky Koestanto lantas menolak tanda tangan laporan tahunan AISA.

Ujungnya, pemegang saham memutuskan mengganti dewan direksi AISA. "Kami merasa tidak memiliki pilihan lain untuk memperbaiki corporate governance kecuali dengan mengganti seluruh anggota direksi," tandas Jaka yang juga merupakan perwakilan KKR dalam keterangan resmi yang diterima KONTAN, Minggu (29/7).

Daftar aliran dana dari TPS Food

Perusahaan Pemilik Saham   Nilai Investasi
Semar Pelita Sejati Semar Sukses (73%) PT Karenakau Makmur Indonesia (27%) Rp 472,75 miliar
Tata Makmur Sejahtera Semar Sukses (99,996%) Hartanto Wibowo (0,004%) Rp 342,36 miliar
Semar Kencana Sejati Semar Sukses (99,996%) Hartanto Wibowo (0,004%) Rp 290,99 miliar
Kereta Kencana Mulia Semar Kencana (65%) Hendra Adi Subrata (32,5%), Hendri Djafar (2,5%) Rp 201,17 miliar
Kereta Kencana Murni Semar Kencana (65%) Hendra Adi Subrata (30%), Hendri Djafar (5%) Rp 284,26 miliar
Kereta Kencana Mandiri Semar Kencana (65%) Hendra Adi Subrata (35%) Rp 21,65 miliar
Jaya Mas PT Jom Prawarsa Indonesia (99,996%) Joko Mogoginta (0,004%) Rp 148,59 miliar
Total     Rp 1,76 triliun
sumber: Ditjen AHU Kemkumham, reportase KONTAN
Namun Joko membela diri, transaksi uang muka Jaya Mas tersebut terkait rencana initial public offering (IPO) bisnis beras AISA di 2017. Dana IPO rencananya bakal digunakan untuk mengakuisisi Jaya Mas. Tapi, IPO kemudian terhambat kasus beras premium AISA.

Joko sempat mengusulkan mengambilalih segmen beras melalui Jom. Namun rencana ini ditolak pemegang obligasi. Alhasil, Jaya Mas kembali masuk ke dalam buku AISA. "Maka bisa dilihat dalam setiap usulan kami kepada calon pembeli, selalu ada Jaya Mas yang dimasukan dalam paket penjualan," tutur Joko dalam keterangan tertulis yang juga diperoleh KONTAN.

Lukas Setia Atmaja, Financial Expert Universitas Prasetya Mulya, menilai, dalam kasus AISA ada informasi yang kurang transparan. Padahal, transparansi merupakan salah satu elemen penting penerapan good corporate governance (GCG). "Karena transparansi sifatnya memberikan perlindungan pada investor," ujar Lukas.

Jika ditemukan pelanggaran, kasus ini juga bisa dibawa ke ranah hukum.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia