Dukung BPOM soal vaksin nusantara, Guru Besar UI: Bahaya sekali jika tidak aman



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebanyak 105 tokoh masyarakat dari berbagai latar belakang yang beragam mendukung langkah Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk memastikan keamanan penemuan vaksin Covid-19.

Tokoh-tokoh tersebut diantaranya, mantan Wakil Presiden Boediono, mantan Wakil Ketua KPK Erry Ryana Hardjapamekas, tokoh agama Ahmad Mustofa Bisri, Guru Besar Fakultas Kedokteran UI Akmal Taher, cendekiawan muslim Azyumardi Azra, budayawan Butet Kertaradjasa, putri mantan Presiden Gus Dur yakni Alissa Wahid dan Anita Wahid serta artis Olga Lidya.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Akmal Taher menyatakan, setiap penelitian mengenai vaksin harus mengikuti prosedur dan standar secara ilmiah.


Akmal mengatakan, setiap vaksin yang beredar harus mematuhi rekomendasi dari BPOM. Apalagi di tengah pandemi yang terjadi saat ini.

"Bahaya sekali kalau yang beredar vaksin atau obat yang memang keamanannya tidak terjamin," ujar Akmal saat konferensi pers virtual, Sabtu (17/4).

Baca Juga: UPDATE Corona Indonesia, Sabtu (17/4): Tambah 5.041 kasus, jaga protokol kesehatan

Sementara itu, Erry Ryana menegaskan, dukungan tersebut tidak didasari keinginan politis atau motif apapun.

"Inisiasi ini muncul di WA grup gerakan sejuta antigen. Ini murni kepedulian kami sebagai warga yang waras. Ini dukungan moral yang dilandasi akal sehat untuk menyampaikan secara terbuka," ujar Erry.

Erry mengatakan, BPOM merupakan otoritas yang menentukan apakah integritas dan disipilin keilmuan dalam proses persetujuan uji klinis obat atau vaksin telah terpenuhi.

"Kami percaya pada keilmuan dan independensi mereka. Biarkan BPOM bekerja tenang bersama tim pakarnya," ucap Erry.

Sebelumnya, Kepala BPOM Penny K Lukito mengatakan, sebagaimana penilaian yang sudah dilakukan BPOM, ditemukan adanya koreksi atau perbaikan yang perlu dilakukan oleh pengembang vaksin nusantara jika ingin melanjutkan ke uji klinik fase dua.

Lebih lanjut, Penny menjelaskan, pengembangan vaksin merupakan bentuk produk advance technology. Di mana penuh dengan standar yang harus dipenuhi, seperti aspek Good Laboratory Practice (GLP) hingga Good Manufacturing Practice (GMP) yang harus dipenuhi dalam proses pembuatannya.

"Tahapan uji klinik itu ada tahapannya, jika dilewati atau diabaikan tentu akan kembali lagi ke tahap belakang atau tahap awal. Jadi enggak bisa melangkah ke depan [tahapan selanjutnya]," ujarnya.

Selanjutnya: Vaksin nusantara terus menuai pro dan kontra, terbaru tokoh nasional dukung BPOM

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat