Dukung Keberlanjutan, Pembangkit Listrik Biogas BWPT Bikin Langit Kalsel Makin Biru



KONTAN.CO.ID -TANAH BUMBU. Industri kelapa sawit kini semakin gencar untuk mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) di lokasi pabriknya sebagai bentuk komitmen membantu pemerintah dalam program transisi energi. Pengembangan PLTBg tersebut dilakukan bukan tanpa alasan, tetapi karena semua komponen yang ada di dalam buah kelapa sawit bisa dipakai kembali. 

Sebagai contoh, hasil dari produksi kelapa sawit akan menghasilkan limbah cair sawit atau palm oil mill effluent (POME) yang ternyata jika diproses bisa menjadi gas metan untuk bahan bakar pembangkit listrik, sedangkan janjang kosong (jangkos) bisa digunakan sebagai pupuk alami.

Berkaca dari manfaat itu kemudian digunakan PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) bersama PT ABM Investama Tbk (ABMM) untuk membangun PLTBg Sukadamai dengan kapasitas 2,4 Megawatt (MW). Seluruh produksi listrik dari PLTBg yang sudah sejak tahun 2020 beroperasi itu dijual kepada PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).


Dari limbah berbahaya kini dengan adanya PLTBg itu bisa menghasilkan cahaya yang sudah pasti listriknya dialirkan untuk kebutuhan masyarakat setempat dan area perkebunan.

Ronny Gandey Group Head Estate Operation PT Eagle High Plantations Tbk mengungkapkan, industri kelapa sawit sudah lama memanfaatkan limbah-limbah atau produk turunannya untuk kembali diolah agar bisa digunakan dan tidak mencemari lingkungan.

Sebagai contoh paling termutakhir adalah pengembangan PLTBg yang dibangun dekat dengan Pabrik Kelapa Sawit Batu Bulan Mill milik Singaland Asetama.

Pipa yang isinya limbah cair kelapa sawit hasil produksi dialirkan ke lokasi penampungan untuk kemudian diproses untuk dijadikan gas metan sebagai bahan bakar pembangkit. "Tahun 2023, PLTBg menghasilkan listrik sebesar lebih dari 11,1 juta kWh dan telah mengurangi emisi sebesar lebih dari 66.000 ton CO2," ungkap dia, Rabu (29/2).

Kontan.co.id berkesempatan mengunjungi PKS Batu Bulan Mill, di sana tampak terlihat tumpukan kelapa sawit hasil dari panen di beberapa blok kebun. Berat dari kelapa sawit tersebut bisa mencapai 35 ton. Dari lokasi penampungan itu kemudian diolah masuk ke dalam pipa pemanasan agar buahnya rontok dan hanya tinggal janjang kosong.

Hasil dari proses pemanasan buah sawit itu kemudian muncul cairan yang masih pekat atau disebut limbah cair kelapa sawit. Produk itulah yang kemudian dialirkan melalui pipa ke lokasi penampungan berupa kolam besar yang tertutup untuk menghasilkan gas metan.

"Di Dunia ada dua pendekatan, ada memakai kilang atau tangki, ada yang memakai kolam besar tertutup. Di dalam ini ada aktivitas bakteri yang bisa menghasilkan gas metan," imbuh dia.

Budi Trihartanto Side Leader PT Nagata Bisma Shakti, pengembang listrik swasta milik ABMM mengungkapkan, bakteri-bakteri yang ada di dalam kolam tertutup ini ditanamkan diawal. Bakteri ini bisa hidup di suhu 30-40 derajat celcius. "Kolam tertutup ini berisi 25.000 meter kubik cairan limbah kelapa sawit yang dialirkan dari PKS," ucap dia.

Ia menjelaskan, bahan polimer untuk menutup kolam besar itu memiliki tebal 2 milimeter sehingga cukup kuat menahan dan tidak mudah bocor. Setelah, masuk kolam tertutup, kemudian dialirkan ke kolam terbuka dengan kapasitas 9.000 meter kubik.

Dari sana kemudian dialirkan ke distribusi box ke reaktor pembangkit yang kemudian diaduk dan terjadi proses gas disana dan bisa menjadi bahan bakar pembangkit listrik. "Ini bahan bakar berkelanjutan, ramah lingkungan," kata dia.

Dia menjelaskan, untuk memproduksi listrik, ada dua turbin yang dijalankan. Produksi dari listrik ini baru mencapai 84% dari total kapasitas yang mencapai 2,4 MW. Hal ini sesuai dengan permintaan PLN yang merupakan pembeli selama 30 tahun.

Untuk selanjutnya, BWPT akan mengembangkan pembangkit biogas untuk keperluan sendiri di beberapa lokasi pabrik. Sebab, dengan menggunakan sendiri perusahaan bisa melakukan trading carbon.

Ronny mengungkapkan bahwa perusahaan sangat konsen dengan upaya keberlanjutan karena pada dasarnya industri kelapa sawit sangat mendukung transisi energi yang akan membantu Indonesia lepas dari bahan bakar fosil.

Bukan saja POME yang bisa dimanfaatkan, cangkang sawit juga bisa digunakan untuk bahan bakar boiler. "PLTBg ini sangat penting keberadaannya, agar kita terus menjaga lingkungan dan mendukung keberlanjutan," imbuh dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini