Dukung Kredit ESG, Bank Mandiri Bakal Rilis Green Bond Rp 5 Triliun Tahun Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk akan memperkuat penyaluran kredit berkelanjutan atau Environmental, Social and Governance (ESG). Direktur Treasury & International Banking, Panji Irawan menyatakan akan memperkuat likuiditas berbasis ESG. 

Ia menyatakan, Bank Mandiri akan menerbitkan surat utang untuk mendukung kredit kriteria Kegiatan Usaha Berkelanjutan (KKUB). Panji menyebut telah menyusun rencana bisnis bank (RBB) untuk melakukan aksi korporasi ini. 

“Surat utangnya mungkin dalam rupiah untuk green bond. Jumlahnya tidak banyak sekitar Rp 5 triliun,” ujar Panji di Jakarta pada Selasa (24/1). 


Lanjut Panji, surat utang ini untuk mendukung likuiditas dalam mendukung inisiatif ESG. Ia menyatakan cocok dengan komitmen Bank Mandiri dalam menyalurkan kredit ke sektor berkelanjutan. 

Baca Juga: BTN Proyeksikan Bisnis Wealth Management Naik 20% pada Tahun 2023

Hingga saat ini, Panji menyebut portofolio kredit terkait ESG menyumbang sekitar 24% dari total portofolio.  Panji menjelaskan masih menunggu restu dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menunaikan rencana ini. 

“Ya kemungkinannya pada Semester 1-2023 ini, Kami akan melakukan public expose-nya minggu depan. Itu bisa gunakan financial statement-nya untuk aksi korporasi ini,” tambahnya. 

Bank Mandiri telah menyalurkan kredit ke sektor berkelanjutan atau sustainable sector sebesar Rp 221,1 triliun, atau 24% dari total kredit perseroan pada kuartal ketiga 2022.  Dari nilai tersebut, pembiayaan ke sektor hijau Bank Mandiri telah menembus Rp 101 triliun. Jumlah tersebut setara dengan 11,1% dari total penyaluran kredit Bank Mandiri di kuartal III 2022. 

Sebelumnya, Bank Mandiri juga merilis hasil riset dan penelitian Mandiri Institute yang menyediakan pemahaman serta implementasi ESG di Tanah Air berjudul Towards ESG Implementation in Indonesia yang bisa diakses oleh seluruh masyarakat secara gratis.

Hasil riset ini dapat menjadi acuan terkait gambaran ESG di Indonesia. Sebab, penelitian ini dilakukan secara komprehensif dengan melibatkan berbagai stakeholder mulai dari korporasi baik listed maupun non-listed, investor individual, hingga fund manager

Laporan ini menunjukkan ESG sebagai faktor utama dalam keberlanjutan bisnis, baik saat ini maupun masa depan. Sebab, adopsi ESG bukan hanya sekedar mengikuti regulasi saja.

Tetapi juga mengenai langkah implementasinya terhadap strategi bisnis dan corporate practices untuk mendapatkan tangible benefit serta value creation yang lebih tinggi bagi perusahaan.

Lebih lanjut, bank bersandi bursa BMRI ini menambahkan, hasil riset tersebut turut menyediakan perspektif baru tentang pandangan bisnis, investor, dan pengelola dana tentang ESG yang dapat menjadi masukan penting untuk perbaikan ke depan. 

Baca Juga: Meski Penuh Tantangan, BSI Harap Bisnis Wealth Management Tumbuh 30% pada Tahun 2023

Salah satunya, hasil riset Mandiri Institute menemukan sejumlah tantangan yang dihadapi sektor swasta dalam mengimplementasikan ESG. Antara lain, beragamnya indikator dalam mengukur implementasi ESG di tingkat korporasi. 

Dari data survei Mandiri Institute, ditemukan bahwa sekitar 60% responden yang berasal dari perusahaan listed atau Terbuka mengalami kesulitan dalam menentukan indikator ESG yang akan digunakan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi