KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi covid-19 yang belum tertuntaskan mendorong fintech P2P Lending untuk memaksimalkan kinerjanya dalam mendorong pertumbuhan Usaha Kecil Menengah (UKM). Menteri Riset dan Teknologi Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro menjelaskan, di tengah kondisi sulit fintech diarahkan untuk mendukung UKM dalam menjalankan bisnisnya. Menurutnya, selama pandemi UKM berdampak signifikan, dimana 95% UKM hanya dapat bertahan dalam waktu enam bulan. “Jika diamati, pelaku UKM memang merasakan dampak yang signifikan terhadap pandemi. Mereka dapat bertahan, namun hanya dalam waktu yang singkat, paling lama enam bulan. Menghadapi situasi ini, fintech maupun institusi lain mencari cara agar UKM dapat beroperasi,” ujar Bambang dalam virtual conference Fintech Lending studi kasus Investree Kamis, (2/7).
Baca Juga: Fintech P2P lending dinilai memiliki peluang untuk dorong pertumbuhan UKM Menanggapi hal itu, PT Investree Radhika Jaya (Investree) telah mengambil langkahnya dalam mendukung UKM. Melalui survei yang dilakukan LD FEB UI, tercatat sebanyak 99% responden telah mengajukan pinjaman kepada Investree. Menariknya, melalui pinjaman tersebut omset borrower naik tajam, yakni mencapai 30%-50%. Tercatat, sebanyak 30% usaha yang bergerak di industri kreatif mengalami peningkatan omset. Dimana, rata-rata omzet awal hanya Rp 1,6 juta, namun meningkat Rp 3,5 juta setelah meminjam pendanaan dari Investree. “Sejak awal berdiri Investree memang fokus kepada UKM, sehingga produk yang kita berikan ialah invoice financing. Dilihat dari demografi lender, sebanyak 40% berusia 21 tahun–30 tahun. Artinya, mayoritas lender di Investree ialah kalangan milenial,” kata CEO & Co – Founder Investree Adrian Gunandi.