Dukungan Amerika terhadap Invasi Darat Israel ke Lebanon Memicu Kekhawatiran Global



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Amerika Serikat tampak menyimpang dari konsensus internasional dengan mendukung invasi darat Israel ke Lebanon selatan.

Ketika sebagian besar dunia menyerukan gencatan senjata untuk mencegah eskalasi perang yang lebih luas, Washington justru menyatakan bahwa operasi darat "terbatas" ini merupakan hak Israel untuk membela diri.

Invasi Darat Israel dan Reaksi Global

Pasukan Israel melancarkan serangan ke Lebanon pada Selasa dini hari, sebagai bagian dari operasi militer yang telah diprediksi sebelumnya. Militer Israel menyatakan bahwa serangan ini bersifat "terbatas, terlokalisasi, dan ditargetkan" terhadap kelompok bersenjata Hezbollah yang didukung Iran.


Namun, serangan ini meningkatkan risiko konflik yang lebih luas dengan Hezbollah atau bahkan di seluruh kawasan Timur Tengah.

Amerika Serikat, melalui Menteri Pertahanan Lloyd Austin, menyatakan dukungannya terhadap operasi ini.

Baca Juga: Ketegangan Memuncak: Israel Mengirim Pasukan ke Lebanon Pasca Serangan Rudal Iran

Austin mengatakan bahwa ia telah berbicara dengan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, dan menyetujui perlunya operasi darat untuk membersihkan daerah perbatasan selatan Lebanon dari senjata dan alat yang dapat digunakan Hezbollah untuk melancarkan serangan ke Israel.

Sementara itu, Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih menambahkan bahwa meskipun mendukung operasi terbatas ini, Amerika Serikat menentang perluasan serangan darat tersebut dan menekankan pentingnya solusi diplomatik untuk mencapai stabilitas jangka panjang di perbatasan Israel-Lebanon.

Kekhawatiran Terhadap Eskalasi Konflik

Sementara Washington mendukung serangan ini, sejumlah negara di dunia segera menyatakan keprihatinan mereka. Uni Emirat Arab, Qatar, dan Jepang termasuk di antara negara-negara yang menyerukan agar serangan dihentikan dan mencegah eskalasi lebih lanjut.

Menteri Luar Negeri Qatar, Mohammed bin Abdulaziz al-Khulaifi, memperingatkan bahwa "agresi terhadap Lebanon akan menimbulkan dampak terburuk" dan menekankan pentingnya mendukung integritas dan keamanan Lebanon.

Lebih jauh lagi, Perdana Menteri sementara Lebanon, Najib Mikati, menyatakan bahwa negaranya menghadapi "salah satu fase paling berbahaya dalam sejarahnya".

Mikati juga meminta bantuan dari PBB untuk mendukung satu juta warga yang mengungsi akibat serangan Israel dalam beberapa minggu terakhir. PBB sendiri telah meluncurkan permohonan bantuan darurat sebesar $426 juta untuk menyediakan bantuan kemanusiaan bagi warga sipil yang terjebak dalam konflik ini.

Baca Juga: Israel Targetkan Fasilitas Minyak atau Bahkan Situs Nuklir Iran

Pelanggaran Kedaulatan Lebanon

Pasukan perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) mengecam serangan darat Israel, menyatakan bahwa tindakan tersebut merupakan pelanggaran terhadap "kedaulatan dan integritas teritorial" Lebanon.

Dalam pernyataan serupa, Kementerian Luar Negeri Uni Emirat Arab menyampaikan keprihatinan mendalam atas eskalasi ini dan menegaskan kembali posisinya yang tegas terhadap kesatuan Lebanon serta kedaulatan nasionalnya.

Presiden UEA, Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan, juga telah memerintahkan pengiriman paket bantuan senilai $100 juta untuk rakyat Lebanon sebagai bentuk solidaritas.

Seruan untuk Gencatan Senjata

Sejumlah negara di luar kawasan Timur Tengah juga bersatu menyerukan penghentian permusuhan dan memperingatkan bahaya eskalasi regional. Pemerintah Jepang menyerukan gencatan senjata segera dan menekankan pentingnya menahan diri untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.

Rusia juga memperingatkan bahwa "geografi permusuhan semakin meluas, yang semakin merusak stabilitas kawasan dan meningkatkan ketegangan".

Di Eropa, Menteri Luar Negeri Spanyol meminta Israel menghentikan serangan daratnya untuk menghindari terjadinya konflik yang lebih besar di wilayah tersebut. Italia, sebagai presiden Kelompok Tujuh (G7), menyatakan akan terus bekerja menuju deeskalasi konflik.

Di Inggris, Menteri Luar Negeri David Lammy memperingatkan bahwa harga dari perang regional akan sangat besar dan mendesak semua pihak untuk menahan diri.

Operasi "Northern Arrows"

Israel meluncurkan invasi yang diberi nama "Northern Arrows", yang merupakan serangan darat pertama ke Lebanon sejak perang 2006, pada Senin malam setelah lebih dari seminggu melakukan serangan udara intensif terhadap ibu kota Beirut dan wilayah selatan Lebanon.

Baca Juga: Serangan Militer Israel di Jalur Gaza Semalam Tewaskan Sedikitnya 60 Warga Palestina

Serangan-serangan tersebut telah menewaskan ratusan orang, termasuk komandan senior Hezbollah dan pemimpin kelompok bersenjata tersebut, Hassan Nasrallah.

Militer Israel mengklaim bahwa tujuan dari invasi darat ini adalah untuk mendorong Hezbollah keluar dari daerah sekitar Sungai Litani, sekitar 30 kilometer dari perbatasan Israel-Lebanon, agar kelompok tersebut mematuhi Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701.

Namun, UNIFIL memperingatkan bahwa "setiap penyeberangan ke wilayah Lebanon merupakan pelanggaran terhadap kedaulatan dan integritas teritorial Lebanon, serta merupakan pelanggaran terhadap Resolusi 1701".

Editor: Handoyo .