Dulu, gubernur sebagai "enemy", bukan "darling"



JAKARTA. Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso mengungkapkan kesulitan yang dihadapinya selama menjabat dua periode sebagai orang nomor satu Jakarta. Pria yang akrab disapa Bang Yos itu mengatakan, pada periode pertama memimpin Ibu Kota, dia hanya bisa melakukan cara agar Jakarta bisa survive dan berfungsi.

"Awal saya menjabat, ada kerusuhan, uang tidak ada, LSM lagi galak-galaknya. Media menempatkan Gubernur sebagai enemy, bukan darling-nya," kata Sutiyoso, di Cafe Cali Delli, Senin (10/2/2014).

Kesulitan lainnya, lanjut Sutiyoso, adalah berkoordinasi dengan pejabat-pejabat baru setingkat menteri. Menurutnya, saat sudah berkoordinasi, kabinet pemerintahan diganti. Dia pun harus berkoordinasi lagi dengan menteri baru.


"Tiap kali ganti Presiden, punya taste berbeda. Saya harus koordinasi lagi dengan orang baru. Baru mau jalan, ganti lagi orangnya," ungkapnya.

Kesulitan selanjutnya, kata dia, adalah menekan arus urbanisasi ke Jakarta. Menurutnya, arus urbanisasi selama ia menjabat sebagai Gubernur DKI mencapai 250 ribu orang.

"Jakarta ini sempit, hanya 650 kilometer persegi saja. Penduduk sekitar 10 juta kalau malam. Sedangkan pagi dan siang sampai sekitar 13 juta. Kepadatan penduduk 20 ribu per meter persegi, tempat yang tidak nyaman dan kondusif," ujarnya.

"Saya terus menekan urbanisasi dengan berbagai cara seperti operasi yustisi. Mereka boleh ke Jakarta, mau tinggal juga boleh. Dengan syarat ada surat pindah, punya pekerjaan tetap, dan tempat tinggal tetap," tandasnya.  (Ana Shofiana Syatiri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan