KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Indonesian Mining Association (IMA) menyatakan komoditas tembaga dapat menjadi tumpuan bagi ekonomi Indonesia dalam menghadapi tantangan ekonomi global di masa mendatang. Pasalnya, produksi tembaga dunia tengah defisit, namun di Indonesia masih surplus. Saat ini ada smelter tembaga yang sudah mulai beroperasi dan diperkirakan mampu memproduksi 1,3 juta ton katoda tembaga sementara serapan lokal masih minim. Ketua Indonesian Mining Association (IMA) Rachmat Makkasau mengungkapkan Indonesia mesti memanfaatkan adanya defisit komoditas tembaga global yang terjadi pada dalam beberapa tahun mendatang. Padahal kebutuhan akan adanya green technology yang bahan bakunya dari tembaga sangat tinggi.
Maka itu, kata Rachmat, Indonesia harus memiliki strategi untuk mendapatkan keuntungan dari defisit komuditas tembaga itu dengan melakukan ekspor yang bisa mendatangkan pendapatan untuk negara dan terutama lagi mendatangkan investasi yang dapat menyerap produksi katoda tembaga Indonesia yang berlebih. Saat ini kebutuhan domestik akan tembaga hanya mencapai 250.000 ton per tahun, sementara produksi katoda tembaga akan mencapai 1,3 juta ton per tahun. "Maka itu perlu strategy atau dorongan dari pemerintah terhadap downstream industry," ungkap Rachmat dalam keterangan resmi, Rabu (2/10). Dengan tumbuhnya downstream industry maka katoda tembaga yang merupakan hasil olahan smelter bisa terserap maksimal. Rachmat mengatakan hilirisasi perusahaan tambang sudah dilakukan dan telah mendukung program pemerintah akan sangat disayangkan jika tidak di manfaatkan di dalam negeri. "Kami mendukung kebijakan pemerintah terkait hilirisasi. Indonesia harus mengambil peluang dari defisit komoditas tembaga di dunia," terang Rachmat. Rachmat menuturkan, Indonesia akan disegani dunia karena memiliki tiga atau empat cadangan tembaga besar yang akan berproduksi di masa mendatang. Dengan produksi Indonesia yang besar di kala global sedang defisit maka nantinya kita memiliki laverage terhadap komuditas ini. "Dengan potensi tambahan tambang tembaga baru yang berproduksi maka indonesia punya peran besar di dunia, saat ini Indonesia memproduksi sekitar 3-5% tembaga dunia dan diyakini dapat mencapai 7-10% dalam beberapa tahun mendatang dan itu pun defisit tembaga global diperkirakan masih terjadi," ujar Rachmat. China Masih Pakai Batubara Sementara itu, Rachmat juga menyoroti soal kebijakan energi bersih yang mengesampingkan peran dari batubara. Padahal, batubara di Indonesia masih bisa dimanfaatkan sampai 500 tahun. "Dengan penerapan technology yang baik maka batubara akan menopang ketahanan energy jangka panjang, sambal terus mendorong pertumbuhan energy terbarukan," ungkap dia. Kata Rachmat, saat ini China masih membangun pembangkit batubara dan memiliki kebijakan penggunaan batubara untuk mendoorng perekonomiannya. "China punya perencanaan jangka panjang untuk batubara, kebijakan bertahap untuk mewajibkan penaggkapan sulfur, carbon dan sisa pembakaran di PLTU mereka, kenapa kita tidak?" ungkap dia.
Cadangan batubara nasional mencapai 35 miliar ton dan sumber daya sebesar 99 miliar ton atau total sekitar 135 milyar ton yang diperkirakan bisa digunakan sebagai sumber energi dalam negeri antara 200 tahun-500 tahun lagi dengan syarat menggunakan cara yang baik. Kata dia, Batubara Indonesia masih 200-500 tahun lagi kalau di pakai sendiri. Indonesia dianugerahi sumber daya dan cadangan batubara yang kalau kita pakai sendiri 134 miliar ton itu bisa sekitar 500 tahun, untuk kepentingan jangka panjang semestinya strategi kita adalah memaksimalkan pemakaian batu bara dengan menghilangkan dan menangkap polusi yang di timbulkan, seperti yang di targetkan oleh china demi menjaga pertumbuhan ekonomi, pihaknya percaya teknology tersebut akan ada dan akan terjangkau. "Posisi Indonesia untuk komuditas batubara sangatlah unik dan tidak dapat di bandingkan dengan negara lain, kita bisa menentukan strategy yang terbaik untuk kemajuan Indonesia dan tidak asal ikut dengan negara lain yang tidak punya banyak batubara dan ‘’Benchmark kita seharusnya China dan India," kata dia Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Azis Husaini