LONDON. Para menteri perminyakan Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) mengatakan bahwa mereka tidak akan mengubah batasan produksi minyak dunia pada pertemuan yang akan berlangsung pada pekan ini. Di sisi lain, saat ini, pelaku pasar minyak menunggu apakah Arab Saudi akan merespon terjadinya penurunan suplai minyak dengan memompa produksi minyak mereka ke rekor tertingginya. Padahal sebelumnya, enam bulan lalu, para analis di bidang energi memprediksi tingkat produksi dari Organization of Petroleum Exporting Countries akan naik terlalu tinggi dan Arab Saudi harus memangkas produksi mereka untuk memberi ruang bagi para suplier lain. Namun, para analis tersebut mengubah pandangan mereka setelah tingkat produksi minyak dari Libya, Iran, dan Irak gagal mengalami rebound seperti yang diharapkan. Selain itu, tingkat cadangan minyak negara-negara maju juga melorot hingga ke level terendah sejak 2008 silam. Terkait hal itu, menurut Energy Aspects Ltd, Arab Saudi harus mendongkrak produksi minyak mereka ke rekor tertinggi yakni sekitar 11 juta barel per hari pada Desember untuk menutupi penurunan produksi minyak anggota OPEC lainnya. "Sekarang permasalahannya, apakah Arab Saudi akan melakukan hal tersebut atau tidak. OPEC saat ini sepertinya kesulitan dalam meningkatkan produksi minyak sesuai dengan kebutuhan," jelas Jamie Webster, analis IHS Inc di Washington. Dia menambahkan, mesri tingkat produksi minyak AS saat ini mencatatkan kenaikan tertinggi dalam tiga tahun terakhir, namun suplai minyak di belahan dunia lain melorot. Masih berlangsungnya ketegangan politik di Libya, serangan terhadap kilang minyak di Irak, serta sanksi terhadap Iran menghambat negara-negara tersebut untuk menaikkan produksi minyak mereka. Banyak pihak yang menilai, harga minyak akan mengalami kenaikan pada tahun ini. Deutsche Bank AG, Morgan Stanley, Barclays Plc, dan Citigroup Inc sudah menaikkan prediksi harga minyak Brent mereka dalam tiga bulan terakhir dengan alasan adanya risiko suplai. Prediksi nilai tengah harga minyak dari empat bank investasi tersebut adalah US$ 107,75 per barel, naik dari prediksi sebelumnya US$ 100,25 sebarel pada 31 Desember lalu. Sebagai gambaran, harga rata-rata minyak tahun ini adalah US$ 108,24 sebarel.
Dunia menunggu Arab Saudi terkait produksi minyak
LONDON. Para menteri perminyakan Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) mengatakan bahwa mereka tidak akan mengubah batasan produksi minyak dunia pada pertemuan yang akan berlangsung pada pekan ini. Di sisi lain, saat ini, pelaku pasar minyak menunggu apakah Arab Saudi akan merespon terjadinya penurunan suplai minyak dengan memompa produksi minyak mereka ke rekor tertingginya. Padahal sebelumnya, enam bulan lalu, para analis di bidang energi memprediksi tingkat produksi dari Organization of Petroleum Exporting Countries akan naik terlalu tinggi dan Arab Saudi harus memangkas produksi mereka untuk memberi ruang bagi para suplier lain. Namun, para analis tersebut mengubah pandangan mereka setelah tingkat produksi minyak dari Libya, Iran, dan Irak gagal mengalami rebound seperti yang diharapkan. Selain itu, tingkat cadangan minyak negara-negara maju juga melorot hingga ke level terendah sejak 2008 silam. Terkait hal itu, menurut Energy Aspects Ltd, Arab Saudi harus mendongkrak produksi minyak mereka ke rekor tertinggi yakni sekitar 11 juta barel per hari pada Desember untuk menutupi penurunan produksi minyak anggota OPEC lainnya. "Sekarang permasalahannya, apakah Arab Saudi akan melakukan hal tersebut atau tidak. OPEC saat ini sepertinya kesulitan dalam meningkatkan produksi minyak sesuai dengan kebutuhan," jelas Jamie Webster, analis IHS Inc di Washington. Dia menambahkan, mesri tingkat produksi minyak AS saat ini mencatatkan kenaikan tertinggi dalam tiga tahun terakhir, namun suplai minyak di belahan dunia lain melorot. Masih berlangsungnya ketegangan politik di Libya, serangan terhadap kilang minyak di Irak, serta sanksi terhadap Iran menghambat negara-negara tersebut untuk menaikkan produksi minyak mereka. Banyak pihak yang menilai, harga minyak akan mengalami kenaikan pada tahun ini. Deutsche Bank AG, Morgan Stanley, Barclays Plc, dan Citigroup Inc sudah menaikkan prediksi harga minyak Brent mereka dalam tiga bulan terakhir dengan alasan adanya risiko suplai. Prediksi nilai tengah harga minyak dari empat bank investasi tersebut adalah US$ 107,75 per barel, naik dari prediksi sebelumnya US$ 100,25 sebarel pada 31 Desember lalu. Sebagai gambaran, harga rata-rata minyak tahun ini adalah US$ 108,24 sebarel.