JAKARTA. Ekonomi Indonesia pada triwulan I-2017 tumbuh mencapai 5,01%. Namun, pelaku usaha menyebut bahwa tingginya pertumbuhan ini belum dirasakan masyarakat Indonesia secara merata. Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Haryadi Sukamdani mengatakan, dampak ke sektor riil sendiri belum begitu terasa sehingga angka pertumbuhan yang tinggi itu agaknya membuat dunia usaha sedikit meragu. "BPS umumkan pertumbuhan ekonomi 5,01%. Menurut kami itu masih terlalu lemah untuk sektor riil,” kata Hariyadi di Kantor Pusat Ditjen Pajak, Jumat (5/5). Kendati demikian, ia mengatakan bahwa dunia usaha lega dengan pencapaian tersebut. Pasalnya, sempat ada pesimistis bahwa ekonomi akan menurun karena adanya kegaduhan politik saat Pilkada serentak. “Agak terganggu berita-berita di pilgub, sehingga semua orang untuk menjalankan usaha lebih berhati-hati,” ucapnya. Ia berharap, pada kuartal II mendatang pemerintah dan dunia usaha dapat mengelola perekonomian dengan baik. Terlebih didukung oleh momentum hari raya yang bisa mendorong konsumsi masyarakat. Adapun Hariyadi mengatakan bahwa masih ada masalah serius di balik pertumbuhan ekonomi yang tajam. Pasalnya, pertumbuhan ini tidak diikuti dengan peningkatan tenaga kerja. “Peningkatan secara absolut tidak diikuti peningkatan tenaga kerja, itu terjadi di semua sektor. Peserta yang keluar masuk tipis. Kalau dibandingkan populasi, itu kurang,” ucapnya. Ia beranggapan, permasalahan di balik hal tersebut adalah makin lama upah pekerja semakin mahal. “Semua harus realistis, penyerapan tenaga kerja masih jadi problem,” tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Dunia usaha tak rasakan dampak pertumbuhan ekonomi
JAKARTA. Ekonomi Indonesia pada triwulan I-2017 tumbuh mencapai 5,01%. Namun, pelaku usaha menyebut bahwa tingginya pertumbuhan ini belum dirasakan masyarakat Indonesia secara merata. Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Haryadi Sukamdani mengatakan, dampak ke sektor riil sendiri belum begitu terasa sehingga angka pertumbuhan yang tinggi itu agaknya membuat dunia usaha sedikit meragu. "BPS umumkan pertumbuhan ekonomi 5,01%. Menurut kami itu masih terlalu lemah untuk sektor riil,” kata Hariyadi di Kantor Pusat Ditjen Pajak, Jumat (5/5). Kendati demikian, ia mengatakan bahwa dunia usaha lega dengan pencapaian tersebut. Pasalnya, sempat ada pesimistis bahwa ekonomi akan menurun karena adanya kegaduhan politik saat Pilkada serentak. “Agak terganggu berita-berita di pilgub, sehingga semua orang untuk menjalankan usaha lebih berhati-hati,” ucapnya. Ia berharap, pada kuartal II mendatang pemerintah dan dunia usaha dapat mengelola perekonomian dengan baik. Terlebih didukung oleh momentum hari raya yang bisa mendorong konsumsi masyarakat. Adapun Hariyadi mengatakan bahwa masih ada masalah serius di balik pertumbuhan ekonomi yang tajam. Pasalnya, pertumbuhan ini tidak diikuti dengan peningkatan tenaga kerja. “Peningkatan secara absolut tidak diikuti peningkatan tenaga kerja, itu terjadi di semua sektor. Peserta yang keluar masuk tipis. Kalau dibandingkan populasi, itu kurang,” ucapnya. Ia beranggapan, permasalahan di balik hal tersebut adalah makin lama upah pekerja semakin mahal. “Semua harus realistis, penyerapan tenaga kerja masih jadi problem,” tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News