JAKARTA. PT Duta Anggada Realty Tbk (DART) akan fokus menggarap tiga proyek baru tahun ini. Untuk membiayai tiga proyek tersebut, perusahaan properti ini berniat mencari pinjaman bank.
Pertama, DART akan menggarap proyek pembangunan hotel bintang tiga di Tuban, Bali. Proyek ini sudah mulai berjalan sejak akhir tahun lalu. DART akan membangun hotel dengan 150 kamar di atas lahan seluas 1,9 hektare (ha). Nilai investasi proyek ini mencapai Rp 100 miliar. “Kami telah mendapat pinjaman bank lokal untuk mendanai proyek tersebut,” ujar Ventje Chandraputra Suardana, Direktur Utama DART, Senin (20/6).
Kedua, DART akan membangun apartemen satu menara. Proyek ini akan dibangun di atas lahan seluas 6.000 meter persegi (m²) yang berlokasi di Barito, Jakarta. Nantinya, akan ada 136 unit apartemen di sini.
Ketiga, perusahaan properti ini akan menggarap pembangunan Chase Tower di belakang Plaza Chase, Jakarta. Untuk tahap pertama, DART akan menggarap lahan 6.000 m2. Namun manajemen DART menutup rapat investasi dua proyek di Jakarta tersebut. Proyek kedua adalah proyek Barito, Jakarta. Dalam proyek tersebut DART akan membangun satu menara dengan 136 unit apartemen dilahan seluas 6000 meter persegi (m²) . Dan Proyek ketiga adalah pembangunan Chase Tower di belakang Plaza Chase, Jakarta. Untuk tahap pertama DART akan mengerjakan lahan seluas 6000 m². Namun manajemen DART menolak untuk menyebutkan nilai investasi kedua proyek tersebut. " Yang jelas, ”Nilai ketiga proyek baru tahun ini di atas Rp 500 miliar,” beber Ventje. Manajemen DART memastikan seluruh pendanaan untuk ketiga proyek tersebut akan menggunakan pinjaman bank. Maklum saja, berdasarkan laporan keuangan perseroan ini di kuartal satu lalu, jumlah kas dan setara kas yang dimiliki perseroan per 31 Maret 2011 cuma Rp 20,12 miliar. Namun analis menilai langkah DART mencari pinjaman baru akan membebani kinerja keuangan perseroan. Reza Priyambada,
Managing Research Indosurya Asset Management melihat penambahan utang DART akan mempersulit emiten ini melakukan pembayaran utang. Menilik laporan keuangan DART di kuartal satu 2011, total utang perseroan sudah mencapai Rp 1,80 triliun. Dari total utang tersebut, sekitar Rp 1,47 triliun merupakan pinjaman bank. "Emiten seperti ini akan terus melakukan
refinancing karena pendapatannya berada jauh di bawah total kewajiban," ujar Reza.
Debt to equity ratio (DER) DART terbilang tinggi. Per akhir Maret 2011, DER perseroan ini mencapai 2,39 kali. Angka ini memang lebih kecil ketimbang DER di kuartal satu 2010 yang sebesar 2,84 kali. Tapi Reza Priyambada, Managing Research Indosurya Asset management menilai penambahan utang DART akan makin mempersulit emiten tersebut untuk melakukan pembayaran utang. “Emiten seperti ini akan terus melakukan refinancing, kareana pendapatannya berada jauh dibawah total kewajiban,” kata dia. Reza menilai DER DART masih tergolong paling tinggi dibanding rata-rata emiten properti lainnya. Menurut dia, DER emiten properti berada di kisaran 0,75 kali. “Perusahaan ini sulit untuk tumbuh, kecuali mereka mau mengurangi beban utangnya,” kata dia. Kinerja DART Tahun ini DART menargetkan pendapatan perseroan bisa naik 30% dari pendapatan di 2010 yang sebesar Rp 348,90 miliar. Menurut Sekretaris Perusahaan DART Greg Taher, pendapatan dari sewa masih akan memberikan kontribusi terbesar bagi pendapatan tahun ini. "Hampir seluruhnya dari sewa, tapi kami tidak bisa bilang berapa besar, karena tergantung pencatatan penjualan apartemen yang bisa dicatatkan tahun ini," paparnya. Tiga proyek baru perseroan juga belum akan memberi kontribusi tahun ini. Manajemen DART menjelaskan ketiga proyek tersebut belum akan memberikan kontribusi terhadap pendapatan perseroan tahun 2011. “Kontribusinya baru akan terlihat di 2013,” kata Ventje. Namun Reza menilai kontribusi pendapatan dari tiga proyek baru tidak akan berpengaruh banyak terhadap kinerja perseroan. Pasalnya, beban keuangan perusahaan pengelola Citywalk Sudirman di Jakarta ini semakin tinggi dengan bertambahnya nilai utang perseroan. Okupansi di properti-properti yang dikembangkan DART terhitung tinggi, yakni 65% lebih. Bahkan di Citywalk okupansi mencapai 100%. Per 31 Maret 2011 pendapatan sewa perseroan mencapai Rp 41,24 miliar, jasa pemeliharaan Rp 37,36 miliar, penjualan unit strata Rp 8,44 miliar, dari lain lain sebesar Rp 6,80 miliar. Sedang pada 31 Maret 2010 pendapatan sewa perseroan Rp 38,98 miliar, jasa pemeliharaan Rp 27,45 miliar, dan lain-lain sebesar Rp 6,02 miliar. Pada tiga bulan pertama 2010 DART belum mencatatakan penjualan unit strata.
Per kuartal 1-2011 pendapatan DART mencapai Rp 93,86 miliar naik dari tahun sebelumnya yang senilai Rp 72,36 miliar. Sedang laba bersih pada tiga bulan pertama ditahun ini senilai Rp 15,48 miliar, naik dari periode tiga bulan pertama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 13,66 miliar. Per Mei 2011 tingkat hunian DART untuk Plaza Chase sebesar 85%, Bapindo Tower I 90%, Bapindo Tower II 86%, Bapindo Parking 100%, Plaza Great River 91%, STIE 65%, dan Citywalk Sudirman 100%. Sekedar informasi tahun ini manajemen DART akan menggenjot pendapatan dengan menaikkan tarif sewanya 12%-15%. Tapi Reza melihat dengan okupansi yang tinggi, sementara tidak ada ekspansi tempat baru yang bisa beroperasi tahun ini, target perseroan sulit tercapai. “Pertumbuhan hanya dari kenaikan tarif,” kata dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie