Dwelling time dipangkas, hemat Rp 700 triliun



JAKARTA. Pemerintah telah menyelesaikan evaluasi terhadap kondisi pelabuhan di Indonesia. Hasilnya ada sejumlah persoalan yang harus diperbaiki, supaya waktu bongkar muat barang di pelabuhan bisa lebih cepat.

Pemerintah menargetkan waktu bongkar muat kontainer alias dwelling time bisa turun menjadi 4,7 hari. Menteri Koordinator Bidang Maritim, Indroyono Soesilo, mengatakan, biasanya dwelling time memakan waktu lebih dari itu.

"Dengan penurunan ini, bisa menghemat biaya logistik hingga Rp 700 triliun dalam setahun," ujar Indroyono, Rabu (4/3) di Kantor Presiden, Jakarta.


Dari hasil kajian awal, dwelling time terbagi dalam tiga kelompok. Pertama, jalur hijau memerlukan waktu antara 4 hari-5 hari. Jalur hijau ini berkontribusi hingga 79% dari total dwelling time.

Kedua, dwelling time di jalur kuning bisanya membutuhkan tujuh hari. Dan ketiga, dwelling time jalur merah yang membutuhkan waktu sembilan hari.

Untuk bisa menekan dwelling time, pemerintah membagi proses distribusi barang di pelabuhan dalam tiga tahap. Pertama tahap free clearance, akan ditekan menjadi hanya 2,7 hari. Kemudian, custom clearance atau bea cukai memakan waktu setengah hari. Terakhir, proses post clearance perlu 1,5 hari.

Pemerintah juga memutuskan untuk mengambil sejumlah langkah. Di antaranya, menugaskan Menteri Perhubungan (Menhub) membentuk damage control centre di pelabuhan. Di sana, akan ada perwakilan 16 Kementerian/Lembaga (K/L) supaya setiap masalah langsung bisa diselesaikan.

Lalu, menugaskan Menteri Keuangan membuat lembaga permanen dari Indonesian National Single Window (INSW). Selama ini, sistem tersebut belum permanen. Nah, Jika dipermanenkan, maka lembaga tersebut akan menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) permanen.

Indroyono  meminta setiap proses pre clearance harus dilengkapi dengan daftar manifes barang. Jadi sebelum barang tiba di pelabuhan, sudah bisa dilakukan assesment lebih dulu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie