JAKARTA. PT Dyandra Media International (DMI) terus bersolek menjelang pencatatan saham perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia yang tinggal menghitung hari. Anak usaha Grup Kompas Gramedia ini kian serius mengembangkan dua bisnis baru, yaitu konvensi dan hotel.Presiden Direktur Dyandra, Lilik Oetama menuturkan, perusahaan menganggarkan belanja modal Rp 300 miliar untuk memuluskan rencana pengembangan dua bisnis tersebut hingga 2015.Di bisnis konvensi, Dyandra, melalui anak usahanya, PT Nusa Dua Indonesia, memang punya rencana membangun tiga mega konvensi. Pertama, Dyandra akan memulai pembangunan tahap dua gedung konvensi Bali Nusa Dua Convention Center seluas 25.000 meter persegi (m2). Proyek ini kelanjutan dari pengembangan gedung konvesi Bali Nusa Dua tahap I seluas 25.000 ha sudah rampung September 2011 silam."Bali Nusa Dua bakal jadi tempat pertemuan Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) pada Agustus-September 2013," kata Lilik, Senin (5/2).Kedua, tahun ini Dyandra juga bakal membangun gedung konvensi, yaitu Indonesia International Convention and Exhibition Center di kawasan Bumi Serpong Damai (BSD) Tangerang. Konvensi ini bakal dibangun di atas lahan seluas 25 hektar (ha) dengan luas bangunan mencapai 150.000 m2.Proyek konvensi ketiga adalah Makassar International Convention Center yang berlokasi di Makassar, Sulawesi Selatan. Konvensi ini akan dibangun dan dikelola oleh anak usaha Dyandra, yaitu PT Makassar International Expo.Rencananya, gedung konvensi Makassar bakal memiliki luas lahan 25.000 m2 dengan luas bangunan 60.000 m2. Proyek ini bakal menambah jumlah konvensi Dyandra menjadi lima unit. Selain di Nusa Dua, Bali, Dyandra juga sudah memiliki konvensi di Surabaya (Jawa Timur) dan Medan (Sumatera Utara).Kejar omzet Rp 1,1 triliunEkspansi bisnis konvensi bakal dipadankan dengan rencana strategis Dyandra dalam mengembangkan hotel. Direktur Operasional Dyandr, Danny Budiharto bilang, perusahaan berambisi memiliki 6.000 unit kamar hotel pada 2015 mendatang. Target itu terbilang ambisius mengingat kamar hotel yang dimiliki Dyandra saat ini baru 657 unit yang dibagi di 15 hotel. "Jadi untuk punya 6.000 kamar kita mungkin harus bangun sekitar 50 hotel lagi," jelas Danny.Perusahaan musti merogoh kocek berkisar Rp 300 juta-Rp 350 juta untuk membangun satu unit kamar. Dana tersebut bakal ditutupi dari kas internal, pinjaman perbankan dan hasil IPO. Sekadar mengingatkan, Dyandra mengincar dana Rp 1 triliun dari hajatan IPO pada Maret tahun ini.Adapun, tahun ini, Dyandra membidik pendapatan sejumlah Rp 1,1 triliun, atau melompat 83,3% dibanding perolehan tahun lalu, Rp 600 miliar. Bahkan, pada 2014 mendatang, perusahaan berambisi meraup pendapatan Rp 1,4 triliun. Mayoritas pendapatan perusahaan memang masih akan didominasi dari bisnis event organizer (EO). Tahun lalu, bisnis EO menyumbang hampir 80% dari pendapatan DMI. "Kami menangani sekitar 700 event per tahun," jelas Lilik. Sementara, kontribusi bisnis hotel Rp 40 miliar di tahun lalu, dan ditargetkan menjadi Rp 120 miliar.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Dyandra gencar garap bsnis konvensi & hotel
JAKARTA. PT Dyandra Media International (DMI) terus bersolek menjelang pencatatan saham perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia yang tinggal menghitung hari. Anak usaha Grup Kompas Gramedia ini kian serius mengembangkan dua bisnis baru, yaitu konvensi dan hotel.Presiden Direktur Dyandra, Lilik Oetama menuturkan, perusahaan menganggarkan belanja modal Rp 300 miliar untuk memuluskan rencana pengembangan dua bisnis tersebut hingga 2015.Di bisnis konvensi, Dyandra, melalui anak usahanya, PT Nusa Dua Indonesia, memang punya rencana membangun tiga mega konvensi. Pertama, Dyandra akan memulai pembangunan tahap dua gedung konvensi Bali Nusa Dua Convention Center seluas 25.000 meter persegi (m2). Proyek ini kelanjutan dari pengembangan gedung konvesi Bali Nusa Dua tahap I seluas 25.000 ha sudah rampung September 2011 silam."Bali Nusa Dua bakal jadi tempat pertemuan Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) pada Agustus-September 2013," kata Lilik, Senin (5/2).Kedua, tahun ini Dyandra juga bakal membangun gedung konvensi, yaitu Indonesia International Convention and Exhibition Center di kawasan Bumi Serpong Damai (BSD) Tangerang. Konvensi ini bakal dibangun di atas lahan seluas 25 hektar (ha) dengan luas bangunan mencapai 150.000 m2.Proyek konvensi ketiga adalah Makassar International Convention Center yang berlokasi di Makassar, Sulawesi Selatan. Konvensi ini akan dibangun dan dikelola oleh anak usaha Dyandra, yaitu PT Makassar International Expo.Rencananya, gedung konvensi Makassar bakal memiliki luas lahan 25.000 m2 dengan luas bangunan 60.000 m2. Proyek ini bakal menambah jumlah konvensi Dyandra menjadi lima unit. Selain di Nusa Dua, Bali, Dyandra juga sudah memiliki konvensi di Surabaya (Jawa Timur) dan Medan (Sumatera Utara).Kejar omzet Rp 1,1 triliunEkspansi bisnis konvensi bakal dipadankan dengan rencana strategis Dyandra dalam mengembangkan hotel. Direktur Operasional Dyandr, Danny Budiharto bilang, perusahaan berambisi memiliki 6.000 unit kamar hotel pada 2015 mendatang. Target itu terbilang ambisius mengingat kamar hotel yang dimiliki Dyandra saat ini baru 657 unit yang dibagi di 15 hotel. "Jadi untuk punya 6.000 kamar kita mungkin harus bangun sekitar 50 hotel lagi," jelas Danny.Perusahaan musti merogoh kocek berkisar Rp 300 juta-Rp 350 juta untuk membangun satu unit kamar. Dana tersebut bakal ditutupi dari kas internal, pinjaman perbankan dan hasil IPO. Sekadar mengingatkan, Dyandra mengincar dana Rp 1 triliun dari hajatan IPO pada Maret tahun ini.Adapun, tahun ini, Dyandra membidik pendapatan sejumlah Rp 1,1 triliun, atau melompat 83,3% dibanding perolehan tahun lalu, Rp 600 miliar. Bahkan, pada 2014 mendatang, perusahaan berambisi meraup pendapatan Rp 1,4 triliun. Mayoritas pendapatan perusahaan memang masih akan didominasi dari bisnis event organizer (EO). Tahun lalu, bisnis EO menyumbang hampir 80% dari pendapatan DMI. "Kami menangani sekitar 700 event per tahun," jelas Lilik. Sementara, kontribusi bisnis hotel Rp 40 miliar di tahun lalu, dan ditargetkan menjadi Rp 120 miliar.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News