E-commerce di Asia Tenggara capai US$ 200 M



BUKAN MAIN. Nilai bisnis yang bersumber dari penggunaan internet termasuk belanja, permainan atau game, dan iklan online di Asia Tenggara dalam 10 tahun ke depan bakal melonjak enam kali lipat, jadi US$ 200 miliar.

Angka ini merupakan hasil penelitian Google Inc. dan Temasek Holdings Pte. Dari nilai itu, transaksi belanja online (e-commerce) di Asia Tenggara mencapai US$ 88 miliar pada 2025 mentang, atau meningkat 16 kali lipat.

Dalam penelitiannya, Google dan Temasek menyebutkan, pertumbuhan nilai bisnis berbasis internet tersebut ditopang oleh kenaikan pengguna internet di kawasan Asia Tenggara. Perusahaan teknologi asal Amerika Serikat dan perusahaan investasi dari Singapura itu memperkirakan, tahun 2020 nanti pengguna internet di wilayah ini naik jadi 480 juta orang, dari 260 juta orang pada 2016.


Google dan Temasek bilang, Indonesia sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara akan mencetak pertumbuhan pengguna internet lebih cepat dibanding negara lainnya.

Meski cukup agresif menyedot dana ventura bagi bisnis internet, total nilai investasi yang masuk ke negara-negara di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, dan Vietnam, hanya seperlima dari modal yang mengalir ke India.

Dari penelitian Google dan Temasek, investasi perusahaan modal ventura atawa ventura capital baru menyumbang 0,04% dari total produk domestik bruto (PDB) Asia Tenggara tahun 2014 lalu. Jumlah ini jelas masih terbilang mini dibandingkan dengan kontribusi modal ventura di China yang mencapai 0,15% dari PDB, India sebesar 0,25%, dan Amerika Serikat 0,3%.

Dengan masih minimnya modal ventura yang masuk ke Asia Tenggara, terbuka peluang yang sangat besar bagi bisnis internet tumbuh di kawasan ini. "Harga ponsel pintar atau smartphone dan biaya data yang sangat terjangkau menjadi pendorong perubahan yang pesat," kata Rajan Anandan, Direktur Google untuk Asia Tenggara dan India, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (24/5).

Info saja, hasil penelitian Google dan Temasek juga melibatkan pandangan dari 59 ahli. Temasek sendiri memiliki anak perusahaan di bidang penanaman modal ventura di bawah bendera Vertex Venture Holdings Ltd. Mengutip data Bank Indonesia (BI), nilai transaksi online di negara kita sepanjang 2014 lalu baru sebesar Rp 34,9 triliun. Angka ini naik berlipat-lipat di 2015.

Perkiraannya, transaksi online tahun lalu Rp 224,9 triliun. Sementara hasil riset eMarketer memperlihatkan, selama 2015 lalu penjualan ritel e-commerce di Indonesia mencapai US$ 3,32 miliar. Angka itu diproyeksikan bakal melonjak hingga 228,91% menjadi US$ 10,92 miliar pada 2018 mendatang.

Editor: Yudho Winarto