JAKARTA. Upaya RITS Ventures Limited masuk Bursa Efek Indonesia (BEI) lewat aksi
backdoor listing rupanya tak berhenti. Usai gagal masuk lewat PT Perdana Karya Perkasa Tbk (PKPK), RITS Ventures Limited berniat masuk bursa melalui PT Sekawan Intipratama Tbk (SIAP). Tak mau gagal untuk ke dua kalinya, perusahaan investasi yang memiliki konsesi batubara ini menunjuk PT Eagle Capital guna memuluskan niat tersebut. Hal itu diungkapkan oleh sumber KONTAN, pada Kamis (13/3). "Eagle Capital sekarang yang pegang (RITS Ventures Limited), dulu waktu dengan PKPK (PT Perdana Karya Perkasa Tbk) saya tidak tahu siapa yang menangani," ujar sumber KONTAN tersebut pada, Kamis (13/3).
Perlu diketahui, Eagle Capital merupakan perusahaan konsultan keuangan milik Erry Firmansyah, mantan Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI). Erry menggandeng Harry Wiguna yang juga merupakan petinggi BEI periode 1999-2005. Sama ketika dengan PKPK, RITS akan masuk bursa lewat SIAP melalui penawaran saham dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias
rights issue. SIAP berniat menerbitkan 28,2 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Adapun, harga HMETD dibanderol Rp 200 per saham. Dengan demikian, perseroan akan meraup dana Rp 5,64 triliun dari hajatan ini. Dana dari hajatan ini akan digunakan guna mengakuisisi RITS. Nilai akuisisi mencapai Rp 5,58 triliun. Namun, sebelum menggelar
rights issue, SIAP akan mengajukan penambahan modal dasar. Pasalnya, hingga September 2013, modal dasar SIAP hanya Rp 135 miliar atau sebanyak 1,35 miliar saham. Total modal ditempatkan dan disetor penuh itu adalah sebanyak 600 juta saham atau Rp 60 miliar. Maka, jumlah saham portepel SIAP hanya 750 juta saham atau senilai Rp 75 miliar. Jadi tidak mungkin rights issue senilai Rp 5,64 triliun dilakukan tanpa dilakukan penambahan modal. Tidak tanggung-tanggung, manajemen SIAP berniat menambah modal sebanyak 98,65 miliar. Saham itu memiliki nilai nominal Rp 100 per saham, sehingga modal dasar SIAP menjadi Rp 9,86 triliun. Asal tahu saja, RITS merupakan perusahaan investasi berbasis di British Virgin Island, salah satu pemilik PT Wana Bara Prima Coal, induk PT Indo Wana Bara Mining Coal. Pemilik Wana Bara Prima lainnya adalah Reinner Abdul Rachman Latief dan Rendy Diego Soedarjo. Reinner yang merupakan mantan petinggi PT Lapindo Brantas Inc. mengempit 3,89% saham Wana Bara. Sedangkan Rendy menguasai 1,11%. Adapun sisanya dimiliki RITS melalui Golden View Offshore Inc. Indo Wana Bara memiliki konsesi izin usaha pertambangan (IUP) seluas 5.000 hektare (ha) di Kutai Barat, Kalimantan Timur. Berdasarkan laporan keuangan Indo Wana Bara per September 2012, Reinner menjabat sebagai Komisaris Utama di perusahaan batubara itu.
Sebelum bermanuver, SIAP harus mengantongi restu dari para pemegang saham. Perseroan berencana menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa (RUSPLB) pada 17 April 2014 mendatang. Per September 2013, pemegang saham utama SIAP terdiri dari PT Graha Sakti Cemerlang, PT Graha Sakti Prima, dan PT Antaboga Delta Sekuritas. Masing-masing mengempit 36%, 24%, dan 12,83%. Sisanya, 27,17% milik publik. Sebagai tambahan informasi saja, kegiatan utama SIAP adalah di bidang industri percetakan dan perdagangan. Perusahaan ini berbasis di Sidoarjo, Jawa Timur dan memulai kegiatan komersialnya pada tahun 2003. Sampai berita ini diturunkan, KONTAN belum berhasil mengkonfirmasinya ke pihak PT Eagle Capital dan juga SIAP. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Asnil Amri