KONTAN.CO.ID - JAKARTA - Perusahaan kelapa sawit PT Eagle High Plantations Tbk (
BWPT) menargetkan bisa meraih kinerja positif di paruh kedua tahun ini. Optimisme tersebut didasarkan pada tren produksi kelapa sawit yang akan meningkat di setiap semester kedua.
Head of Investor Relation Eagle High Plantations Sebastian Sharp mengatakan setiap tahun produksi kelapa sawit di semester I relatif rendah. Namun BWPT tak dapat berbuat banyak. Mininya produksi kelapa sawit di semester I diakibatkan oleh beberapa hal, utamanya faktor cuaca. Sebastian menjelaskan kelapa sawit memiliki waktu berbuah selama enam bulan. Bila enam bulan sebelum masa panen curah hujan rendah, maka hal itu akan memengaruhi produksi buah tanaman itu sendiri.
“Hasil di semester pertama 2019 ini minim karena sekitar bulan Agustus-September tahun lalu curah hujan sangat rendah,” kata Sebastian kepada Kontan, Rabu (26/6). Pun ketika curah hujan tinggi saat memasuki musimnya, BWPT baru akan merasakannya di paruh kedua tahun 2019 ini. Hal itu tampak dari perbandingan rerata produksi tandan buah segar (TBS) BWPT. Rerata produksi di semester pertama tahun 2018 lalu hanya mencapai 119.686 ton. Sedangkan di semester kedua, rerata produksi TBS mencapai 181.662 ton. “Produksi TBS kami dalam setahun biasanya 45% disumbang di semester I dan sisanya lebih banyak di semester kedua,” ujarnya. Bila ditilik lebih lanjut, rerata produksi
crude palm oil (CPO) BWPT juga tumbuh di semester kedua. Tahun lalu misalnya, rerata produksi CPO BWPT sebesar 25.960 ton. Sedangkan di semester kedua reratanya meningkat menjadi 37.928 ton hingga akhir tahun 2018. Ia menunjukkan hitung-hitungan produksi TBS BWPT di tahun ini. Menurutnya, rerata produksi TBS di semester dua nanti bisa mencapai 155.000 ton hingga 200.000 ton. Hal itu bisa diproduksi dari total kebun BWPT yang mencapai 127.40 hektar. “Presentase lahan mature kami lebih tinggi yakni sekitar 120.000 hektar,” ujarnya. Sedangkan hingga Mei 2019 lalu, rerata produksi TBS Eagle High Plantations baru 113.336 ton. Dengan rerata TBS itu, di sisa kuartal hingga akhir tahun nanti, ia memproyeksikan produksi TBS bisa mencapai angka 465.000 ton per kuartal. BWPT bisa memproduksi CPO dari TBS itu sekitar 23% dan 6% untuk produksi kernel. “Sehingga per kuartal kita bisa memproduksi hingga sekitar 867.000 ton untuk produk TBS, CPO dan kernel." terangnya. Selain optimis terhadap peningkatan produksi sawit perusahaannya, Sebastian juga optimis terhadap peningkatan harga jual produk BWPT terutama dari unit CPO. Ia menyebut rerata harga CPO BWPT masih berada di kisaran Rp 6,5 juta per ton. “Dengan produksi kami yang semakin tinggi, juga melihat inventory dan tingkat
demand kami, harga produk kami juga masih bisa lebih tinggi di kisaran Rp 7,5 juta per ton,” sebutnya.
Dengan hitung-hitungan itu Eagle High Plantations optimis penjualan tahun ini bisa lebih tinggi dari tahun lalu. Sekretaris Perusahaan Eagle High Plantations Satrija Budi menambahkan, Eagle High Plantations bisa meraih angka pertumbuhan penjualan lebih tinggi dari tahun lalu. “Untuk penjualan bisa 30% dari tahun lalu,” kata Satrija. Sebagai informasi, pada tahun lalu Eagle High Plantations mencatatkan penjualan sebesar Rp 446,64 miliar. Jumlah itu turun 41,23% bila dibandingkan total penjualan tahun 2017 yang sebesar Rp 759,99 miliar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli