Eastspring Investment proyeksi laba emiten tumbuh 11,1% meski IHSG anjlok ke 4.895



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketidakpastian global dan domestik akibat pandemi virus korona membawa Eastspring Investments Indonesia lebih menyukai aset alokasi pendapatan tetap dibanding saham.

Maklum saja, Kamis (12/3), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan koreksi cukup dalam 5,01% ke bawah level 4.900. Level tersebut tercatat sebagai level terendah dalam tiga tahun terakhir. Semua indeks sektoral juga terkoreksi. Sektor industri dasar turun paling dalam 8,48% dan disusul sektor perkebunan anjlok 5,71% dan sektor pertambangan turun 5,6%.

Bukan hanya IHSG, hampir seluruh pasar modal di berbagai negara juga terkoreksi yang dipicu oleh kekhawatiran wabah COVID-19. Ketidakpastian ekonomi akibat virus kian meningkat setelah WHO menyatakan wabah ini sebagai pandemi global. Lihat saja, indeks Nikkei turun 4,13%. Begitu pun indeks Hang Seng turun 3,6%. Sementara indeks SET Bangkok turun 11,34%. Mengikuti indeks Sensex  turun 6,62% dan indeks KOSPI turun 3,87%.

Baca Juga: IHSG terjun, investor jangan buru-buru beli dan jual

Dalam keterangan tertulis, Kamis (12/3), Ari Pitojo, CIO Eastspring Investments Indonesia mengatakan sejak akhir bulan lalu Eastspring Investments Indonesia sudah menempatkan strategi underweight pada kelas aset saham dan melakukan penempatan kas yang cukup banyak.

Sementara, strategi reksadana saham diatur dengan berinvestasi mayoritas di sektor yang secara jangka panjang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, seperti sektor perbankan.

Selain itu, portofolio saham juga bersandar pada sektor defensif yang cenderung tahan banting saat pertumbuhan ekonomi sedang melambat. Sektor defensif tersebut adalah sektor konsumsi, kesehatan dan komunikasi. "Dalam hal pemilihan saham, kami memilih saham-saham yang berfundamental baik dan mempunyai pendanaan yang kuat," kata Ari.

Baca Juga: Tiga belas emiten mau buyback, kenapa IHSG justru longsor 22,28%?

Namun, Ari menilai secara jangka panjang kondisi ekonomi Indonesia masih cukup baik dibandingkan negara lainnya. Kondisi makroekonomi Indonesia masih cukup kuat dan stabil di tengah ketidakpastian geopolitik global. Ari berharap komponen konsumsi domestik dapat menopang pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2020 ekonomi Indonesia diperkirakan akan tumbuh 5,0% serta laba perusahaan akan tumbuh 11,1%. Koreksi yang dalam akan memberikan kesempatan beli dan akumulasi yang baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati