Edi Taslim, CEO Kaskus: Kami tidak ingin menjadi e-commerce



Sewaktu Kaskus lahir 19 tahun lalu, ekosistem digital tidak seramai sekarang ini. Dulu belum ada aplikasi kirim pesan seperti WhatsApp, Line maupun media sosial Facebook, Twitter, Instagram dan lainnya. Karena ekosistem berbeda, layaknya perusahaan lain, Kaskus harus meredefenisikan ulang dirinya dan fungsinya.

Saat ini, semangat Kaskus adalah kembali ke semangat di saat zamannya dibikin. Kaskus itu apa, sih? Kaskus adalah tempat di mana orang yang punya hobi berkumpul, berinteraksi, berdiskusi terkait hobi juga gaya hidup dan gaya hidup.

Kami membawa lagi semangat Kaskus itu dalam konteks saat ini yang ternyata relevan. Kami akan fokus di bidang ini.


Ini sesuai dengan hasil evaluasi yang kami lakukan, terkait keunggulan, kekuatan dan kelemahan pada kami. Setelah menemukan kelemahan dan kekuatan itu, kami memutuskan tetap eksis berinovasi dengan semangat awal berdirinya Kaskus.

Kami menyadari ada banyak produk teknologi media sosial seperti Path kemudian Friendster yang hilang hanya dalam waktu tempo empat atau enam tahun.

Sementara Kaskus sudah 19 tahun. Ini karena kami mempertahankan “DNA”, yaitu peran sebagai ruang diskusi, interaksi untuk berbagai komunitas.

Dengan posisi ini, Kaskus tidak ikut-ikutan menjadi e-commerce atau lainnya. Kami fokus mengembangkan platform diskusi bagi komunitas. Apapun inovasi yang kami persiapkan, tujuannya untuk melengkapi kebutuhan diskusi komunitas. Kami tidak ingin menjadi e-commerce atau menjadi media news, atau yang lainnya.

Terobosan terbaru yang kini kami garap adalah membuat KaskusTV, yang telah kami luncurkan. KaskusTV untuk menambah fasilitas diskusi dan interaksi untuk kaskuser (sebutan untuk member Kaskus).

Video itu ada yang untuk komunitas hobi musik lewat program bernama Bermusik, kemudian juga nanti ada serial film gaya hidup dari Visinema Pictures, produser film Filosofi Kopi. Film itu nanti menceritakan soal hobi dan gaya hidup.

Kemudian ada video yang mengulas produk, seperti yang dilakukan komunitas hobi gadget, sepeda motor, hotwheels dan lainnya. Informasi hobi dalam bentuk konten video ini terkadang tak bisa diperoleh dari media lainnya. Sementara, penggemarnya membutuhkan informasi dan diskusinya.

Selama ini Kaskus membuka ruang diskusi soal komunitas, tapi berbentuk teks. Makanya kami fasilitasi bentuk video. Kami ingin Kaskus menjadi tempat berdiskusi yang lengkap soal hobi, juga gaya hidup, seperti ulasan tentang tren sepeda motor, gadget dan banyak lagi.

Layanan kami beda dengan Youtube yang harus subscribe, nonton harus berlangganan. Kami tidak ada konsep berlangganan, sehingga bebas diakses. Kami belum punya target jumlah klik atau view. Namun, ada program kami di Kaskus TV yang sudah ada view sampai 250.000 klik.

Kami sudah punya 47 program live, dengan 200 jam durasi dengan 400 video di Kaskus TV. Target penonton kami sesuai dengan member pengguna Kaskus, kalangan usia 18-35 tahun yang senang informasi gaya hidup dan hobi.

Kami tidak memuat semua video di Kaskus TV seperti yang dilakukan oleh Youtube. Kami punya angle sendiri dan menyeleksi video yang cocok untuk tayang di Kaskus TV. Acuan kami, video yang kami tayangkan adalah video yang menyajikan diskusi tentang hobi, komunitas, dan gaya hidup.

Video yang kami pilih itu bisa dari siapa saja, komunitas apa saja, yang memang berkualitas dan sesuai platform KaskusTV. Contoh, video cara merawat kura-kura bikinan komunitas penggemar hewan peliharaan unik. Atau video tentang aktivitas penggemar hotweels.

Sharing dengan Kaskuser

Bagi kaskuser yang tidak memiliki kemampuan membuat video, kami akan memfasilitasi. Tak hanya bikin video, kami juga bisa bikin konsep komersial, dan lisensinya. Nah, jika ada iklan atau sponsor, kaskuser dari komunitas juga akan mendapatkan bagi hasilnya. Tapi tentu ada hitungannya.

Selama ini, komunitas yang biasa bikin video itu terpaksa harus menggunakan Youtube atau Facebook. Kami ingin mengambil peran ini, tetapi khusus di Indonesia saja.

Kalau Youtube itu sudah pemain global, dan memuat semua konten tanpa ada proses seleksi. Sehingga kami tidak head to head langsung dengan Youtube.

Beda dengan Youtube, kami memilih penonton segmented, seperti video merawat kura-kura, ulasan gadget dan video lainnya. Jika video itu banyak ditonton, bisa jadi ia akan mendapatkan benefit dari video itu.

Konsep bisnis KaskusTV kami adalah mendapatkan sponsor dan iklan dari video yang kami tayangkan. Target bentuk iklan, ada iklan linear ads dan non-linear ads.

Iklan linear ads adalah iklan yang hadir di tengah-tengah tayangan video atau dikenal juga dengan nama bumper ads. Untuk iklan non-linear ads, bentuknya berupa banner yang ditaruh di pinggir atau di bawah video yang sedang tayang.

Untuk mengembangkan Kaskus TV ini, kami menyediakan ruang ekspresi online dan offline. Kami menyediakan auditorium bagi komunitas untuk melakukan aktivitas. Kami menyediakan sound system gratis. Kami juga punya studio rekaman untuk komunitas yang ingin memproduksi video.

Kami ingat, Kaskus dihidupkan oleh Kaskuser, konten itu milik mereka. Tanpa mereka Kaskus tidak ada. Makanya kami membagi hasil atas video yang dapat iklan. Jadi pemilik konten tidak pro bono.

Konsep bagi hasilnya bisa mulai dari sharing 50%;50% atau 70%:30%, tergantung kesepakatan. Sharing kami lakukan agar komunitas itu bisa mendapat revenue yang nantinya bisa digunakan untuk produksi lagi.

Salah satu kekuatan KaskusTV adalah kami tidak menggunakan platform video Youtube yang gratis. Kami memiliki platform teknologi Brigthcove, sama dengan teknologi HBO dan Iflix. Dengan ini, kami bisa mengontrol konten video.

Soal investasinya, tentu nilainya besar. Tapi kami tidak mengembangkan platform ini sendirian. Kami bergabung dengan perusahaan Global Digital Prima (GDP) Venture juga NarasiTV, Kumparan, Daily Social, Opini, dan lainnya. Kami juga kerjasama dengan pembuat konten video profesional, seperti Visinema dan lainnya.

Selain infrastruktur, yang mahal adalah konten. HBO dan Inflix mahal karena lisensi konten yang mahal. Kami berharap bisa mendapatkan 1 juta viewer dalam 3 bulan ke depan.

Kami mementingkan kualitas daripada kuantitas videonya. Berbeda dengan Youtube yang bisa masuk semua konten video, dari sisi kuantitas jelas lebih banyak. Youtube tidak menyeleksi, hanya mengamankan diri dari konten ilegal.

Setelah KaskusTV ini, ada dua inovasi baru kami. Pertama, produksi suara berupa broadcast. Kedua, platform percakapan real time. Dua inovasi baru ini akan kami rilis November 2018.

Kami juga ingin seperti Amazon Prime, yang menyediakan film panjang. Namun untuk sampai ke situ, butuh proses belajar.

Sampai saat ini, kami masih mengandalkan dana sendiri dari GDP Venture. Soal layanan transaksi, sampai saat ini kami masih memiliki payment system bernama cash pay. Fasilitas pelengkap saja. Kami bukan e-commerce, melainkan platform untuk memfasilitasi minat, bakat, hobi kaskuser.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Mesti Sinaga