KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia menghadapi tantangan serius dengan sekitar 21,6% anaknya mengalami stunting, seperti yang dilaporkan oleh Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun 2022. Situasi ini memiliki implikasi yang mendalam terhadap pertumbuhan, perkembangan, dan kualitas hidup generasi muda Indonesia pada masa yang akan datang. Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Anak-anak yang mengalamistunting berisiko tinggi mengalami gangguan kognitif dan mungkin tidak mencapai potensi penuhnya pada masa depan, memengaruhi produktivitas dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Meskipun begitu, masih ada kurangnya pemahaman di kalangan pemangku kepentingan dan masyarakat umum tentang penyebab, gejala, dan upaya pencegahan stunting di Indonesia. Sebagai langkah konkret dalam melawan stunting, pada acara Media Gathering dan Talkshow “Pentingnya Multi-Stakeholder Partnerships untuk Mendukung Agenda Prioritas Pemerintah Mencapai Indonesia Zero Stunting” hari Rabu, 26 Juli 2023 kemarin Edufarmers melakukan soft launching Program Santosa untuk Anak Nusantara (SAN) untuk membantu percepatan penurunan stunting di Indonesia. Melalui kampanye “one day one egg”,
Edufarmers melaksanakan program berbasis intervensi spesifik, yaitu protein hewani. Pelaksanaan program ini dilakukan dengan memberikan telur kepada anak dan keluarga stunting dan untuk dikonsumsi 1 (satu) butir 1 (satu) hari. Meigie selaku Head of Stunting Prevention Program Edufarmers mengatakan program One Day One Egg ini merujuk pada salah satu jurnal, studi Washington universitas, di mana studi tersebut menyatakan bahwa memberikan satu butir telur kepada anak selama enam bulan berturut-turut berpotensi menurunkan angka stunting hingga 47 persen. Meigie juga menjelaskan bahwa gerakan One Day One Egg tidak susah untuk diikuti berbagai kalangan masyakat mengingat cara penyimpanannya yang cukup mudah, yaitu di suhu ruang selama 1- 2 minggu. “Dalam pelaksanaannya, kampanye ini telah digelar selama enam bulan di 3 daerah, yakni Kota Cirebon, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Maros. Edufarmers memilih 3 lokasi ini berdasarkan pemetaan peternak yang berkegiatan di wilayah intervensi penurunan stunting yang dijalankan.” Ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (28/7). Dengan melibatkan unsur pentahelix, yaitu pemerintah, industri, NGO, akademisi, dan media, program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan partisipasi semua pihak dalam upaya pencegahan demi mewujudkan Indonesia Zero Stunting dalam menyambut generasi emas 2045. Praktik baik dan implementasi program antar lembaga mengenai isu stunting juga menjadi landasan untuk mencapai Indonesia Zero Stunting. Seperti yang diterapkan Tanoto Foundation, yakni beberapa program berfokus pada penguatan tata kelola, peningkatan kapasitas agen kunci (kader, tokoh agama/masyarakat), dan peningkatan kualitas data serta sistem pengawasan untuk menurunkan stunting. Program Manajer Early Childhood Education & Development (ECED) Tanoto Foundation, Fransisca Wulandari mengatakan bahwa keterlibatan aktif masyarakat dan realisasi pola perilaku berkelanjutan menjadi faktor terpenting dalam mencari solusi masalah stunting. Acara Media Gathering yang diselenggarakan oleh Edufarmers, Tanoto Foundation dand Perhimpunan Filantropi Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan mendorong tindakan preventif yang efektif dalam mengatasi stunting,serta mengajak sektorsektor terkait untuk bersama-sama menangani isu ini di Indonesia. Selain itu, acara ini juga bertujuan untuk merayakan Hari Anak Nasional yang diperingati setiap tanggal 23 Juli 2023. Pada sesi talkshow yang diisi oleh 5 narasumber yaitu, Suprayoga Hadi selaku Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Sekretariat Wakil Presiden, Lovely Daisy selaku Plt. Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu & Anak, Kementerian Kesehatan, Amri Ilmma selaku Chief Operating Officer Edufarmers, Fransisca Wulandari selaku Program Manager Early Childhood Education & Development, Tanoto Foundation dan Gusman Yahya selaku Direktur Eksekutif Perhimpunan Filantropi Indonesia yang membahas pentingnya Multi-Stakeholder Partnerships untuk Mendukung Agenda Prioritas Pemerintah Mencapai Indonesia Zero Stunting. Selain itu, acara ini akan memberikan wawasan tentang intervensi, program-program yang telah berhasil dalam mengatasi stunting serta berbagai aspek kompleks terkait stunting, dampaknya, dan urgensi aksi kolektif multipihak. Amri Ilmma, Chief Operating Officer Edufarmers, menyatakan, stunting merupakan isu prioritas nasional yang harus dicegah bersama-sama. Kolaborasi antar stakeholder perlu dilakukan karena setiap organisasi maupun lembaga memiliki keahlian masing-masing. “Edufarmers melakukan intervensi melalui pendampingan dari sisi agrikultur melalui protein hewani. Selain itu juga kami melakukan pelatihan kader, advokasi, dan memberikan layanan di lokasi setempat. Kami juga telah melakukan sosialisasi kepada tokoh masyarakat atau kepala desa untuk memberikan dukungan terhadap program one day one egg,” ujarnya. Suprayoga Hadi, selaku Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan, Sekretariat Wakil Presiden menjelaskan, aspek kesehatan perlu dilihat dari intevensi secara spesifik dan sensitif. Intevensi secara spesifik berupa perilaku untuk mencegah stunting di masyarakat, sedangkan untuk intervensi secara sensitif harus ditangani secara khusus melalui 5 pilar.
Pertama, yaitu komitmen yang harus didukung dengan aksi berupa penandatanganan pakta oleh seluruh kota dan kabupaten di Indonesia melalui bupati dan wali kota.
Kedua, yaitu perilaku, untuk mengubah perilaku ke arah yang positif diperlukan waktu untuk melihat dengan spesifik karakteristik masyarakat.
Ketiga, yakni peran pemerintah yang harus melibatkan seluruh stakeholder.
Keempat, yaitu sisi gizi dan
Kelima, monitoring serta evaluasi dari praktiknya. Perlu bagi pemerintah untuk telaten dalam memahami realitas, karakteristik serta langkah yang tepat untuk mengubah perilaku masyarakat ke arah yang positif. Lovely Daisy juga memaparkan bahwa Kementerian Kesehatan sedang fokus ke intervensi spesifik yang meliputi remaja putri, ibu hamil, dan ibu dengan anak bayi untuk mencegah stunting sedini mungkin berupa screening anemia pada remaja putri di sekolah, sosialisasi kepada ibu hamil untuk pemeriksaan rutin minimal 6 kali dan asupan gizi saat hamil serta pemberian protein hewani kepada anak selama 1000 masa kehidupan awal. Dalam pencegahan stunting, Kementerian Kesehatan mengupayakan modifikasi pelayanan dengan bantuan tenaga atau ahli kesehatan serta para kader. Menurut Gusman Yahya, Direktur Eksekutif Perhimpunan Filantropi Indonesia, peran pemangku kepentingan yang memiliki kemampuan dan kekuatan yang beragam, diharapkan dapat bergotong royong dan saling mendukung dalam menghadapi tantangan yang multidimensi dalam usaha pengentasan stunting di Indonesia.
Sependapat dengan Gusman Yahya, Fransisca mengatakan bahwa Tanoto Foundation menjalankan program penurunan stunting dengan meningkatkan kapasitas ader posyandu, kader keluarga BKKBN, serta tokoh masyarakat. Selain itu, peningkatan kualitas program didukung melalui data terkait kondisi dan situasi di masyarakat untuk menjadi fokus penanganan program. Mulai tahun 2022, Tanoto Foundation mengimplementasikan program pencegahan stunting di 4 provinsi yaitu Jambi, Sumatra Utara, Jawa Tengah, dan Riau. Melalui 4 provinsitersebut, Tanoto Foundation memberikan intervensi di desa dengan bantuan tokoh desa untuk menguatkan dan memberikan data stunting agar dapat memprioritaskan mereka yang berisiko dengan strategi komunikasi berupa pendampingan keluarga. Dengan demikian, program yang dicanangkan Tanoto Foundation bersifat menguatkan pemerintah di tingkat provinsi maupundesa beserta dengan para kader. Acara ini diharapkan dapat menjadi wadah edukasi kepada media dan masyarakat, serta mendorong terciptanya kolaborasi multi-pihak pemangku kepentingan untuk mengembangkan ko-kreasi aksi kolektif preventif dan prevalensi stunting di Indonesia. Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang masalah ini, diharapkan akan tercipta sinergi yang kuat dari semua pemangku kepentingan pada isu stunting. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Fahriyadi .