MOMSMONEY.ID - Yves Saint Laurent atau YSL Beauty Indonesia telah meluncurkan program Abuse is Not Love di Indonesia. Program ini merupakan program global dari YSL Beauty yang bertujuan melawan kekerasan dalam hubungan dengan pasangan. Maria Adina,
General Manager L’Oréal Luxe Division Indonesia, mengatakan, program ini sudah diluncurkan secara global sejak 2020, namun baru diluncurkan di Indonesia saat ini.
Di Indonesia, untuk menjalankan program ini, YSL Beauty bekerja sama dengan Yayasan Pulih untuk memberikan pelatihan dan konseling bagi yang membutuhkan. Program ini dianggap penting, mengingat dari data WHO, satu dari tiga perempuan mengalami kekerasan dalam hubungan dengan pasangan selama hidupnya. Ini merupakan masalah sosial yang dapat terjadi dalam berbagai bentuk, mulai dari kekerasan fisik, seksual, emosional, finansial, hingga pengendalian perilaku oleh pasangan. Hal ini bisa terjadi pada perempuan maupun laki-laki, dengan prevalensi terbesar terjadi pada generasi muda berusia 16 hingga 24 tahun. Baca Juga:
Cari Tahu Yuk, Berikut Sederet Penyebab Utama Psikis Remaja Terganggu Memiliki misi menciptakan kecantikan yang menggerakkan dunia, Maria menyebutkan, tentunya YSL Beauty ingin mengangkat isu sosial yang dihadapi oleh masyarakat. Apalagi, YSL Beauty pun merupakan brand besar yang populer bagi kalangan remaja maupun dewasa. "Bagi YSL Beauty, kami percaya bahwa perempuan harus memiliki kebebasan untuk menjadi siapa pun yang mereka inginkan dan memiliki kebebasan berpikir secara independen, bahagia, aman dan bebas dari berbagai bentuk kekerasan," ujar Maria dalam keterangan tertulis, Rabu (28/6). Erlangga Satrio,
Brand General Manager YSL Beauty Indonesia pun menjelaskan, Program Abuse Is Not Love ini berfokus pada dua hal, yakni
prevention (pencegahan) dan
identification (identifikasi). "Tujuan dari program ini, kita ingin mengajak masyarakat umum khususnya masyarakat muda untuk dapat mengidentifikasi dan mengetahui tentang kekerasan dengan pasangan," ujar Erlangga.
Baca Juga: Jangan Bertengkar di Depan Anak, Ini 6 Efek Negatif Pertengkaran Orang Tua bagi Anak Dengan ikut pelatihan ini, masyarakat akan bisa memahami arti L.O.V.E.
Pertama, Learn the signs of abusive behavior, memahami 9 tanda-tanda kekerasan dalam hubungan dengan pasangan dengan metode pelatihan yang relevan sehingga mudah dipahami oleh generasi muda.
Kedua, Offer support to those experiencing abuse, memberikan bantuan kepada yang membutuhkan.
Ketiga, Vigilantly take action to end abuse, memahami bagaimana mengambil bagian untuk mengakhiri kekerasan dalam hubungan. Dan
keempat, Expect better from relationship, mendorong dan menginspirasi pasangan kita agar mewujudkan hubungan yang sehat. Adapun 9 tanda kekerasan hubungan dengan pasangan:
- Ignoring (mengabaikan)
- Blackmailing (mengancam)
- Humiliation (meremehkan)
- Manipulation (manipulasi)
- Jealousy (mencemburui)
- Control (mengontrol)
- Intrusion (mengintrusi)
- Isolation (mengisolasi)
- Intimidation (mengidentifikasi)
Baca Juga: Pasutri Harus Sadar, Ini Bentuk-Bentuk KDRT yang Jarang Disadari Di lain sisi, Yosephine Dian Indraswari,
Executive Director Yayasan Pulih, menyebutkan, program Abuse is Not Love memiliki nilai-nilai yang sejalan dengan misi Yayasan Pulih dalam mengadvokasi sikap anti kekerasan yang telah dilakukan selama lebih dari 20 tahun.
"Upaya peningkatan kesadaran publik menjadi sangat penting, karena perlu adanya upaya kolektif untuk mencegah terjadinya kesalahpahaman dan pandangan yang menganggap perilaku kekerasan sebagai hal yang normal dalam hubungan," katanya. "Melalui kerjasama ini, kami ingin menjangkau lebih banyak orang agar dampaknya dapat dirasakan secara luas. Kami berharap lebih banyak lagi masyarakat menyadari pentingnya isu ini dan berani untuk angkat bicara," imbuh dia. Secara global, lewat program Abuse Is Not Love ini, YSL Beauty menargetkan bisa mengedukasi 2 juta masyarakat di 2030. Sementara untuk di Indonesia, di targetkan ada 2.000 orang yang teredukasi mengenai kekerasan dalam hubungan di tahun ini. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Lidya Yuniartha