JAKARTA. Yang penting berani mencoba. Itulah prinsip yang diterapkan oleh Edward Lubis, Presiden Direktur PT Bahana TCW Investment Management dalam berinvestasi. Berbekal prinsip itulah, ia tak ragu menjajal sejumlah instrumen investasi. Pada awal memulai investasi, Edward hanya diajak oleh salah satu temannya yang bekerja di perusahaan sekuritas. Waktu itu pada pertengahan 1990, Edward sama sekali belum mengenal dunia saham dan investasi. Sedikit pemahaman berinvestasi didapat dari sang kawan yang mengajaknya berinvestasi di pasar saham. Dengan bermodal uang tabungan Rp 10 juta, Edward nekat membeli saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dan saham Group Astra. "Pemilihan saham itu karena mengikuti teman saya. Banyak informasi yang tersedia mengenai perusahaan-perusahaan ini," ujar Edward.
Ia sempat merugi, meskipun setelah itu ia juga mendapatkan keuntungan dengan memegang saham-saham perusahaan itu. Namun, Edward memutuskan untuk berhenti berinvestasi di pasar saham sejak 1997-1998. Krisis moneter yang menghantam Indonesia membuat bursa saham mengalami goncangan. Ia pun mencari instrumen lain yaitu valuta asing. Ia ingat ajaran orangtuanya, bahwa melalukan diversifikasi investasi ke pasar uang itu bisa menguntungkan. Sisa tabungan sebesar Rp 30 juta yang ia miliki saat itu pun, ia konversi ke dollar Amerika Serikat (AS). Saat itu kurs beli dollar AS di kisaran Rp 3.000. "Saya mendapatkan sekitar US$ 10.000," kata Edward. Strategi tersebut ternyata tepat. Tidak lama berselang, rupiah melemah hingga sempat memembus level Rp 15.000 per dollar AS. Edward mendapat keuntungan yang lumayan besar. Meski enggan menyebutkan nominal keuntungannya, namun ia menyimpan hasil keuntungan tersebut ke deposito. Ini ia lakukan untuk menyelamatkan asetnya. Deposito, menurut Edward, cukup likuid sehingga sewaktu- waktu dia butuh dana cepat, investasi di deposito bisa segera cair. Sebenarnya, arti dan nilai penting investasi, menurut Edward, itu tidak melulu berarti uang. Bagi dia, investasi yang utama adalah pendidikan dan kesehatan. Artinya, mengumpulkan uang itu kalau bisa untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan. "Jika kedua hal itu terpenuhi, maka yang lain juga akan ikut," ujar dia Diversifikas investasi Setelah krisis ekonomi yang melanda Indonesia sedikit demi sedikit mulai mereda, tepatnya tahun 2007, Edward memutuskan untuk melakukan diversifikasi investasi. Dia melihat, deposito sudah tidak terlalu menguntungkan karena tergerus laju inflasi. Oleh karena itu, dia kemudian mencoba berinvestasi di instrumen reksadana. Saat ini, reksadana menjadi instrumen investasi terbesar Edward. Selain itu, ia juga berinvestasi di sektor properti. "Hampir sepertiga investasi saya saat ini berada di sektor properti," ujarnya.
Edward beralasan, investasi di sektor properti di tengah kondisi ekonomi saat ini tidak hanya memberikan keuntungan jangka panjang, tapi juga keuntungan di jangka pendek. "Karena properti bisa disewakan dan kita bisa mendapatkan uang sewa," kata Edward. Bagi investor pemula, Edward memiliki tips mendasar dalam berinvestasi. Di tengah pemahaman masyarakat Indonesia tentang dunia investasi yang masih minim, berani mencoba adalah sikap yang harus dimiliki. Tapi jangan langsung dengan dana yang besar dan asal-asalan. Jika belum menghasilkan keuntungan, coba lagi hingga mendapatkan pelajaran dari kesalahan-kesalahan yang dialami. Yang jelas, sebelum memulai berinvestasi milikilah pengetahuan yang mumpuni. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Rizki Caturini