Efek BBM hanya terasa hitungan bulan



JAKARTA. Keputusan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) menimbulkan efek domino. Mulai dari meningkatnya biaya distribusi, inflasi, hingga menurunnya daya beli masyarakat. Usaha multifinance pun turut merasakan dampaknya. Apalagi ditambah dengan kenaikan suku bunga acuan.

Misalnya, dalam lini usaha pembiayaan mobil bekas. Direktur Utama PT BCA Finance Roni Haslim mengatakan, tren penurunan pembiayaan mobil bekas belum kelihatan. "Kami belum bisa prediksi apakah akan terjadi dan seberapa besarnya. Mungkin minggu depan baru bisa kelihatan trennya," kata Roni.

Berdasarkan pengalaman kenaikan harga BBM sebelumnya, kata Roni, memang ada penurunan. Akan tetapi, kondisi ini tidak signifikan dan hanya terjadi dalam hitungan bulan. "Seingat saya hanya tiga bulan, setelah itu normal kembali," imbuh dia.


Hal senada juga diungkapkan oleh Jerry Fandy, Head of Treasury and Finance Division PT Federal International Finance alias FIF. Penurunan umumnya akan terjadi, akan tetapi jika perekonomian membaik, maka pembiayaan mobil bekas juga akan turut pulih. "Biasa kondisi satu  bulan hingga dua bulan saja. Bisa rebound kalau ekonomi kita naik,” katanya.

Direktur Batavia Prosperindo Finance, Markus Dinarto Pranoto mengatakan, kondisi pembiayaan mobil bekas masih dalam status normal. "Belum ada penurunan sehingga tidak bisa dianalisa. Kalaupun ada hanya temporer saja," kata Markus.

Berdasarkan pengalaman sebelumnya, efek kenaikan harga BBM hanya berkisar maksimal dua bulan dengan penurunan sekitar 10%. Setelah itu, pembiayaan mobil bekas kembali pada kondisi semula.  Apalagi biasanya nasabah mobil bekas tergolong masyarakat dengan pendapatan lumayan.

Tren pembiayaan pada akhir tahun ini memang cenderung melambat karena merupakan masa liburan. Oleh karena itu, kata Markus, penurunan baru dapat dideteksi bulan depan.

Bunga multifinance bertahan

Meskipun sudah sepekan sejak Bank Indonesia menaikkan bunga acuan menjadi 7,75%, perusahaan pembiayaan masih menahan bunga pembiayaan ke konsumen. Salah satunya adalah PT BCA Finance. "Kami belum ada rencana menaikkan suku bunga," ujar Roni Haslim, Direktur Utama BCA Finance.

Hal senada juga diungkapkan oleh PT Radana Bhaskara Finance Tbk. Pihak perbankan sebagai salah satu sumber pendanaan utama Radana belum menaikkan suku bunga pinjaman. "Baru saja (BI rate naik), jadi belum ada perubahan. Yang sekarang masih kami pakai (pinjaman) juga belum dinaikkan," tutur Novita Frestiani, Sekretaris Perusahaan Radana Finance.

Markus Dinarto Pranoto, Direktur PT Batavia Prosperindo Finance Tbk menilai, pasar masih belum menunjukkan perubahan. Sehingga, ia memprediksi, pada awal 2015 barulah reaksi pasar yang sebenarnya muncul. "Kami masih nunggu reaksi pasar, awal tahun depan," kata dia.                

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan