Efek buruk perang dagang AS-China



BEIJING. Setelah resmi dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat (AS), banyak pihak menanti kebijakan Donald Trump mengenai hubungan dagang AS dengan China. Analis bahkan kini mulai mencermati produk-produk yang bisa terdampak dari disharmonisasi hubungan dagang antar kedua negara.

China dipastikan juga tak akan tinggal diam jika AS menjalankan proteksi dengan mengenakan tarif impor tinggi bagi produk-produk asal China.

Seperti diberitakan Bloomberg Senin (23/1), mengutip pandangan Credit Suisse Group AG, bukan tidak mungkin China juga memboikot produk-produk asal AS bila AS menempuh kebijakan itu.


Aksi boikot China bakal merugikan perusahaan AS seperti Nike Inc, General Motors Co, Ford Motor Co dan Tiffany & Co. Sebaliknya, kebijakan AS bakal menyudutkan penjualan produsen elektronik China seperti Lenovo Group Ltd dan ZTE Corp.

Hao Hong, analis BoCom International Holdings Co yang bermarkas di Hong Kong menyatakan, banyak pihak yang ia temui berpendapat perang dagang lebih buruk tidak akan terjadi antara AS-China.

"Namun saya berpikir, yang terjadi justru akan lebih besar," kata Hao Hong seperti dikutip Bloomberg.

Hao Hong menegaskan, saat kampanye lalu, Trump telah berjanji akan menggunakan segala kekuasaan yang ia miliki selaku Presiden AS untuk memperbaiki perdagangan AS terhadap China.

Trump pernah menyinggung pajak hingga 45% terhadap barang-barang dari China. Indeks bisa anjlok MSCI China Index diprediksi Morgan Stanley bisa anjlok 30% dari posisi saat ini, jika AS dan China sama-sama memberlakukan bea masuk hingga 45% atas produk dari masing-masing negara.

Hong meramal Shanghai Composite Index dapat dengan cepat turun 10% dari level saat ini dan terjungkal di bawah level 2.800. Padahal pada Desember 2016 lalu Hong menyatakan Shanghai Composite Index akan berakhir dikisaran plus minus 500 poin dari 3.300 di tahun ini.

Jonathan Garner, analis Morgan Stanley menyebutkan, perusahaan China berbasis teknologi nirkabel, GoerTek Inc dan produsen pakaian Regina Miracle International Holdings Ltd., memperoleh sekitar 70% pendapatannya dari penjualan ke AS.

Sementara Ambarella Inc. dan Texas Intruments Inc., yang merupakan produsen semikonduktor asal AS, memperoleh pendapatan terbesar dari penjualan ke China. Garner melihat, selama ini manfaat terbesar yang diperoleh China dari AS bersumber dari bisnis energi, hiburan, teknologi dan pariwisata.

Sementara Amerika Serikat memperoleh keuntungan dari bisnis telekomunikasi dan semikonduktor.

Asal tahu saja, defisit perdagangan dengan China, menurut Departemen Perdagangan AS mencapai US$ 371,4 miliar. Jumlah itu menyumbang 50,1% atau lebih dari setengah total defisit perdagangan global AS yang mencapai US$ 7373,1 miliar. Hal inilah yang membuat Trump geram.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie