JAKARTA. PT Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk siap menjual tambang batubaranya. Emiten berkode saham BORN ini berencana menjual 20% saham anak usahanya, yaitu PT Asmin Koalindo Tuhup. BORN memerlukan likuiditas untuk membayar sebagian utang kepada Standard Chartered Bank (Stanchart). Kabar yang beredar menyebutkan, BORN dan Posco Energy asal Korea Selatan meneken
memorandum of understanding (MoU) transaksi jual beli 20% saham Asmin Koalindo. Di perjanjian itu, Posco akan membeli 20% saham Asmin Koalindo senilai US$ 560 juta atau Rp 5 triliun. Belum ada pernyataan resmi dari manajemen BORN terkait kabar itu. Yang pasti, Direktur BORN Kenneth Raymond Allan sempat menyatakan bahwa perusahaannya tengah bernegosiasi dengan dua calon investor asing
(KONTAN, 19 September 2012). Kabar divestasi itu sempat mendongkrak harga BORN 13,73%, Rabu (19/9).
BORN memiliki utang ke Stanchart senilai US$ 1 miliar dengan bunga 5,65% di atas LIBOR. Fasilitas ini bertenor lima tahun dengan jadwal pembayaran secara triwulan mulai 30 September 2012. Emiten ini memakai pinjaman Stanchart untuk mendanai akuisisi 23,8% saham Bumi Plc milik PT Bakrie & Brothers Tbk dan Long Haul Holdings Ltd. Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada mengatakan, langkah Borneo menjual kepemilikan saham anak usaha adalah transaksi yang lumrah. Dia perkirakan, efek divestasi itu ke laju saham BORN tidak terlalu signifikan. Pasalnya, nilai penjualan 20% Asmin Koalindo ini hanya US$ 500 juta. Jumlah itu baru bisa menutupi setengah utang BORN ke Stanchart. “Ini belum mengurangi beban utang secara signifikan. Kecuali BORN menjual aset mendekati US$ 1 miliar, mungkin lebih meyakinkan pelaku pasar,” terang Reza. Di sisi lain, pendapatan usaha BORN belum tentu bisa menutup sisa utang tersebut. Di semester I 2012, laba bersih BORN anjlok 58,7%
year-on-year (yoy) menjadi US$ 39,03 juta. Sebab, harga jual rata-rata batubara kokas atau
coking coal BORN menyusut 29,13% yoy menjadi US$ 180 per ton. Meski demikian, volume penjualan BORN naik 30,77% yoy menjadi 1,7 juta ton di semester I 2012. Kepala Riset Reliance Securities Wilson Sofan mengatakan, jika tujuan aksi korporasi ini untuk membayar utang, maka prospek BORN menjadi lebih baik. Borneo sejatinya memiliki fundamental perusahaan yang baik. “Cuma karena masuk ke lingkaran Grup Bakrie, maka saham BORN menjadi pasif dan cenderung turun,” ungkap Wilson. Pergerakan harga saham BORN memang terus menyusut. Sejak awal tahun hingga kemarin
(year-to-date), harga BORN sudah anjlok 37,35%. Dengan memproduksi
coking coal, yang merupakan bahan bakar industri pengecoran logam, pasar batubara BORN sebenarnya cukup spesifik. Wilson bilang, pemain di segmen ini di Indonesia masih belum banyak. Kendati saham BORN cenderung turun seirama meredupnya industri batubara, Wilson optimistis, kinerja BORN pada tahun depan akan lebih baik. Secara teknikal, saham batubara mulai konsolidasi berbalik arah. "Ada potensi saham pertambangan menjadi primadona lagi pada tahun depan,” tutur Wilson.
Investor sejatinya sudah bisa mengakumulasi saham BORN karena harganya telah mengakhiri tren
bearish. “BORN bisa dibeli di Rp 510 per saham,” kata Wilson. Dia menargetkan, dalam jangka menengah harga saham BORN di kisaran Rp 610 - Rp 640. Sedangkan, Reza berpendapat, investor bisa keluar dulu dari BORN sambil menunggu kejelasan transaksi penjualan saham anak usahanya. “Tapi kalau mau paksa masuk, lebih baik transaksi untuk jangka pendek memanfaatkan momentum,” ungkap dia. Reza menargetkan harga jangka menengah di Rp 600 - Rp 610. Analis Bahana Securities Irwan Budiarto merekomendasikan
hold dengan target Rp 480. Harga saham BORN, Senin (24/9), menyusut 10% menjadi Rp 520 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sandy Baskoro