Efek krisis Turki cuma sesaat, pasar obligasi Indonesia berpeluang bangkit



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Walau secara tidak langsung membuat pasar obligasi Indonesia tertekan, dampak krisis keuangan yang terjadi di Turki dinilai tidak akan berlangsung lama.

Sebagai informasi, krisis keuangan Turki berakibat pada anjloknya mata uang lira yang diikuti pula oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Akibat pelemahan rupiah, yield surat utang negara (SUN) tertekan. Senin (13/8), yield SUN 10 tahun berada di level 7,89% atau yang tertinggi pada tahun ini.

Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Ahmad Mikail memandang, krisis keuangan Turki hanya memberi efek jangka pendek terhadap pasar obligasi Indonesia. Hal ini mengingat fundamental ekonomi Indonesia masih lebih baik ketimbang Turki.


Dari segi peringkat utang, Indonesia lebih unggul karena memiliki peringkat BBB- dari S&P, sementara Turki hanya dilabeli BB-. Walau bertambah, defisit transaksi berjalan Indonesia masih terjaga di level 3% dari produk domestik bruto (PDB) atau lebih baik ketimbang Turki yang mencapai 5,5% PDB. Selain itu, inflasi di Turki juga menembus angka dua digit, jauh lebih tinggi dari Indonesia yang masih berada di kisaran 3%.

Dengan hasil tersebut, pasar obligasi Indonesia seharusnya tetap menarik di mata investor asing. Ini didukung pula oleh fakta bahwa yield SUN 10 tahun sudah di level 7,89%, sehingga spread dengan yield US Treasury di tenor yang sama sudah cukup lebar. “Untuk beberapa waktu ke depan investor asing berpeluang masuk kembali ke pasar obligasi dalam negeri,” imbuhnya.

Analis Fixed Income MNC Sekuritas, I Made Adi Saputra juga berpendapat, real interest rate Indonesia masih tergolong menarik berkat selisih antara yield SUN dengan inflasi yang tergolong besar. Jika mampu diimbangi oleh perbaikan nilai tukar rupiah, investasi di pasar obligasi Indonesia akan kembali menguntungkan bagi tiap investor.

Ia memperkirakan, jika rupiah tetap bertahan di kisaran Rp 14.600 per dollar AS, yield SUN 10 tahun berpotensi bergerak di kisaran 7,6%--7,7%. Namun, jika rupiah melemah ke level Rp 13.700 per dollar AS dan diikuti kenaikan yield US Treasury, maka yield SUN bisa melambung hingga ke level 8,10%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat