KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) sukses membukukan peningkatan kinerja dalam sembilan bulan di tahun ini. Ini karena SMGR berhasil mengerek harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) sebesar 8% untuk pasar domestik. Tak hanya ASP dalam negeri, harga jual untuk pasar regional (ekspor) dinaikkan sebesar 25,3%. Sementara itu, kenaikan biaya tetap terkendali karena SMGR mampu mendapatkan pasokan batubara dengan harga batas kewajiban pasar domestik (DMO) sebagian di kuartal I-2022. Sementara sepenuhnya di kuartal II dan kuartal III di tahun 2022. Namun volume penjualan SMGR masih penuh tantangan. Dalam sembilan bulan di tahun ini, volume penjualan semen SMGR turun 5,9% secara tahunan menjadi 21,9 juta ton. Sedangkan penjualan ekspor turun 36,8% secara tahunan menjadi 4,3 juta ton.
Baca Juga: RUPSLB 2022, SIG Peroleh Persetujuan untuk Menerbitkan 1,07 Miliar Saham Baru Sehingga secara total, volume penjualan semen SMGR turun 12,9% secara tahunan menjadi 26,2 juta ton. Secara nasional, total penjulan domestik turun 3,6% secara tahunan sembilan bulan di tahun ini. Penjualan pada segmen semen kantong turun 8,8% secara year on year (yoy) dan semen curah meningkat 14,9% yoy. Segmen semen kantong menyumbang 73,5% dari total permintaan dan sisanya ditopang dari penjualan semen curah sebanyak 26,5%. Analis Bahana Sekuritas, Yusuf Ade Winoto menjelaskan, permintaan di pasar domestik secara nasional pada bulan Oktober masih menunjukkan penurunan secara tahunan. "Pada September-Oktober 2022, SMGR menaikkan ASP lebih lanjut sekitar 2%-3% secara bertahap di area tertentu untuk menutupi dampak dari biaya transportasi yang lebih tinggi yakni efek kenaikan harga bahan bakar," jelas dia dalam riset 2 November 2022. Upaya yang dilakukan SMGR menurut Yusuf merupakan salah satu usaha mempertahankan margin. SMGR menghadapi tekanan biaya yang meningkat. Sehingga selain meningkatkan ASP, manajemen SMGR telah mengamankan pasokan batubara dengan harga lebih rendah atau di batas harga DMO. Tak hanya mendapat batubara dengan harga DMO, perusahaan ini juga melakukan efisiensi dengan mengurangi faktor klinker. Jika di tahun ini, penggunaan klinker mencapai 69% sementara pada tahun lalu sebesar 70%.
Baca Juga: Semen Indonesia (SMGR) Kantongi Restu Rights Issue Dimana termal tingkat substitusi (TSR) pada kuartal III-2022 di 7,1% dibandingkan sembilan bulan di tahun 2021 sebesar 5,5%. Inisiatif ini memungkinkan SMGR untuk menjaga kenaikan biaya tetap terkendali. Biaya produksi per ton naik 16,3% secara yoy di sembilan bulan 2022, relatif sejalan dengan pertumbuhan pendapatan per ton sebesar 14,3% secara yoy. Beberapa hal ini yang membuat margin laba kotor, margin laba operasi dan margin laba bersih SMGR tetap stabil secara tahunan. Pada tahun 2023, SMGR diperkirakan bisa lebih banyak berhemat sebab 65% total kebutuhan batubara telah dijamin dengan harga batas DMO. Yusuf menambahkan, sepanjang tahun ini, manajemen SMGR mengurangi utang 19,2% secara tahunan menjadi Rp 16,37 triliun dengan net gearing ratio 0,3x (dari 0,4x dalam sembilan bulan di 2021). "Tingkat utang yang lebih rendah ini akan mengurangi beban bunga, sehingga bisa menghasilkan margin bersih yang lebih baik," kata dia. Dimana komposisi total utang SMGR terdiri dari pinjaman bank (61%), obligasi korporasi (25%), sewa pembiayaan (4%) dan dana syirkah temporer (10%). Nilai lebih lain dari SMGR menurut Yusuf adalah upaya untuk mengurangi karbonisasi. SMGR berhasil mengurangi lingkup intensitas emisi 1 sebesar 2,1% secara yoy hingga setara 591kg CO2/ton semen. SMGR juga menurunkan faktor klinker sebesar 1% menjadi 69,1% dan meningkatkan substitusi termalnya menjadi 7,1% di 9M22 (dari 5,5% di 9M21).
Beberapa sentimen tersebut membuat Yusuf menyarankan buy saham SMGR dengan target harga lebih tinggi sebesar Rp 9.700 dari proyeksi sebelumnya Rp 8.730. "Kami mempertahankan perkiraan kami tidak berubah tetapi merevisi target harga. Kami menetapkan target PER tahun 2023 yang lebih tinggi sebesar 17,6x," ujar dia.
Baca Juga: Solusi Bangun (SCMB) Cetak Penjualan Semen dan Terak 9,9 Juta Ton Per September Risiko kerugian yang menurut Yusuf bisa mempengaruhi kinerja SMGR adalah biaya lebih tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah. Hingga akhir 2022, ia memperkirakan pendapatan dan laba bersih SMGR menjadi Rp 38,82 triliun dan Rp 2,54 triliun. Sedangkan pada tahun 2023, pendapatan dan laba bersih masing-masing Rp 41,54 triliun dan Rp 3,26 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Avanty Nurdiana