KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China menghantui neraca perdagangan Indonesia. Isu tersebut dikhawatirkan akan membuat defisit neraca dagang RI tahun ini semakin lebar. Apalagi Indonesia baru satu kali mencatat surplus neraca perdagangan, yaitu pada Maret 2018 sebesar US$ 1,09 miliar. Seperti diketahui, isu perang dagang antara AS dan China semakin panas. Pada Jumat (15/6), Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk merealisasikan tarif 25% untuk produk teknologi China, seperti telepon selular dan televisi. Tarif akan berlaku pada 6 Juli 2018. China pun membalas dengan rencana tarif impor minyak mentah AS dan produk seperti sorgum, kedelai, dan daging. Ketegangan kembali mencuat lantaran Trump kembali mengecam dengan ancaman tarif baru, yakni sebesar 10% pada barang-barang China.
Efek negatif perang dagang AS dan China
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China menghantui neraca perdagangan Indonesia. Isu tersebut dikhawatirkan akan membuat defisit neraca dagang RI tahun ini semakin lebar. Apalagi Indonesia baru satu kali mencatat surplus neraca perdagangan, yaitu pada Maret 2018 sebesar US$ 1,09 miliar. Seperti diketahui, isu perang dagang antara AS dan China semakin panas. Pada Jumat (15/6), Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk merealisasikan tarif 25% untuk produk teknologi China, seperti telepon selular dan televisi. Tarif akan berlaku pada 6 Juli 2018. China pun membalas dengan rencana tarif impor minyak mentah AS dan produk seperti sorgum, kedelai, dan daging. Ketegangan kembali mencuat lantaran Trump kembali mengecam dengan ancaman tarif baru, yakni sebesar 10% pada barang-barang China.