Efek penyesuaian akuisisi, laba SSMS terkerek



JAKARTA. PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) memperoleh keuntungan dari aksi korporasi yang dilakukan. Pada semester pertama 2015, laba tahun berjalan SSMS turun 1,01% dari Rp 374,73 miliar menjadi Rp 351,3 miliar. Namun karena efek penyesuaian performa, laba komprehensif tahun berjalan yang diatribusikan ke induknya meningkat 2,11% dari Rp 386,57 miliar ke posisi Rp 394,73 miliar. “Karena 2014 melakukan akuisisi, ada efek penyesuaian performa. Supaya apple to apple,” kata Hadi Susilo, Sekretaris Perusahaan SSMS kepada KONTAN, Rabu, (29/7). Sekedar informasi, SSMS melakukan akuisisi 100% saham PT Tanjung Sawit Abadi (TSA) dan PT Sawit Multi Utama (SMU) di akhir tahun lalu. SSMS mencaplok dua perusahaan tersebut dari sang induk PT Citra Borneo Indah. Di semester pertama, raihan penjualan SSMS menipis dari Rp 1,31 triliun ke posisi Rp 1,3 triliun. Penurunan tersebut disebabkan oleh harga jual rata-rata atau Average Selling Price (ASP) yang merosot 12%. Padahal, volume penjualan Crude Palm Oil (CPO) SSMS mampu tumbuh 10,8%. Namun turunnya penjualan itu tak diiringi dengan berkurangnya beban perseroan. Beban pokok penjualan SSMS sedikit meningkat dari Rp 624,97 miliar menjadi Rp 634,31 miliar. Adapun, biaya yang harus dikeluarkan untuk tanamannya adalah US$ 228 per metrik ton CPO. Meski begitu, kas SSMS menggembung 197,67% di semester pertama. Pada akhir tahun lalu, kas dan setara kas SSMS hanya Rp 473,33 miliar. Lalu di semester pertama 2015, kasnya menjadi Rp 1,409 triliun. Kenaikan kas ini disebabkan oleh pinjaman bank yang diperoleh perseroan. Tapi aset SSMS tampak mengalami penurunan. Pada pengujung 2014, aset SSMS tercatat Rp 6,77 triliun. Namun kini asetnya turun 8,41% ke posisi Rp 6,2 triliun. Di situ, aset lancar SSMS yakni Rp 2,18 triliun dan aset tak lancarnya Rp 4,02 triliun. Sekedar informasi, SSMS memeluk lahan seluas 110.517 hektare dalam satu hamparan. Sampai semester pertama, total lahan tertanam SSMS adalah 59.386 hektare. Di situ, 52% tanaman berusia matang, 33% matang muda, dan 15% belum menghasilkan. Sehingga usia rata-rata tanamanya adalah 6,5 tahun. Dari sisi permintaan, SSMS berharap adanya peningkatan permintaan makanan di China dan India.  Selain itu, SSMS merasa peningkatan persyaratan bisnis oleochemical dan penggunaan biodiesel dapat mengerek permintaan CPO. Meski begitu, ada pula tantangan tekanan perekonomian global, lambatnya penerapan biodiesel, dan penurunan harga karena rendahnya harga minyak. Hadi berharap produksi SSMS membaik di semester kedua ini. Karena secara musiman, kontribusi produksi perkebunan yaitu 45% di semester pertama dan 55% di semester kedua. “Semoga tidak ada cuaca ekstrem yang mengganggu. Sehingga bisa meningkatkan produksi,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Hendra Gunawan