KONTAN.CO.ID - BEIJING. Aksi saling balas menaikkan tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China menimbulkan rasa sakit bagi beberapa perusahaan. Jumat (3/8), China mengatakan akan memungut tarif baru pada lebih dari 5.200 produk AS. Ini adalah cara terakhir China membalas langkah AS yang memberlakukan tarif sebesar 25% pada barang-barang China, yang nilainya setara US$ 200 miliar. Awal tahun ini, AS juga mulai mengenakan retribusi atas impor baja dan aluminium dari Uni Eropa, Meksiko dan Kanada. Kenaikan tersebut menimbulkan korban di beberapa industri. Salah satunya otomotif. Atas kondisi tersebut Ford dan General Motors memilih menurunkan proyeksi laba 2018. Kedua perusahaan ini beralasan, harga baja dan aluminium lebih tinggi akan menambah biaya.
Kebijakan tarif di China yang tak jelas juga memangkas outlook perusahaan otomotif termasuk Fiat Chrysler. Pada Mei 2018, China mengumumkan akan memotong tarif mobil impor dari 25% menjadi 15% pada 1 Juli. Namun 6 Juli, China justru menaikkan tarif mobil buatan AS menjadi 40% sebagai balasan terhadap langkah AS mengenakan pajak US$ 34 miliar produk China. Kebijakan tersebut membuat penjualan Jaguar Land Rover di China melambat. Perusahaan mobil asal di Inggris melaporkan kerugian pertama kali dalam tiga tahun. Menurut Anna-Marie Baisden, Kepala Penelitian Otomotif Fitch Solutions, ada juga dampak positif bagi China. "Kami telah melihat sejumlah pembuat mobil, termasuk Tesla mempercepat rencana berinvestasi di fasilitas produksi lokal menghindari tarif impor," kata dia. Baisden menambahkan, ironisnya beberapa perusahaan yang terpukul hebat justru perusahaan yang berproduksi di AS. Padahal pengenaan tarif AS dimaksudkan membantu perusahaan domestik. Bahkan seperti produsen sepeda motor AS Harley-Davidson akan mengalihkan sebagian produksi dari AS untuk menghindari beban substansial atas tarif Uni Eropa. Sektor lain terpengaruh Sektor lain yang berpengaruh adalah makanan dan minuman. Beberapa perusahaan dalam industri makanan dan minuman menurunkan prospek atas kenaikan harga. Tyson Foods baru-baru ini memangkas proyeksi laba karena kenaikan tarif menurunkan jumlah ekspor daging babi dan daging sapi AS. Akibatnya mereka harus menurunkan harga daging.
Brown-Forman mengatakan akan meningkatkan harga Jack Daniel dan wiski lainnya di beberapa negara Eropa.Coca-Cola juga mengatakan akan meningkatkan harga di Amerika Utara tahun ini untuk mengkompensasi tingkat pengangkutan lebih tinggi. Korban lainnya adalah pembuat mainan Hasbro yang memutuskan meningkatkan produksi di China. Sementara itu, secara umum Dana Moneter Internasional mengatakan eskalasi perang dagang bisa mencukur 0,5% dari pertumbuhan global pada 2020. Pertumbuhan di sektor manufaktur China yang melambat pada Juli menjadi sentimen konsumen AS jatuh karena masalah tarif. Morgan Stanley memperkirakan, sengketa perdagangan bisa menjatuhkan 0,81 poin persentase produk domestik bruto global. Skenario ini akan melibatkan semua barang dari China dan Uni Eropa dapat menampar tarif 25%. Morgan Stanley mengatakan sebagian besar efek dari kenaikan tarif akan terlihat pada 2019. Sebagian besar dampak, atau hampir 80%, datang melalui gangguan rantai pasokan domestik serta internasional.
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie