JAKARTA. Dugaan suap proyek reklamasi Teluk Jakarta yang melibatkan petinggi PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) merembet ke pasar modal. Pada perdagangan kemarin, harga sejumlah saham emiten properti merosot, persis seperti prediksi KONTAN akhir pekan lalu. Kemarin, harga saham APLN merosot 10% dan memimpin penurunan harga saham di Bursa Efek Indonesia. Selain APLN, saham dua emiten properti yang menjadi pengembang proyek reklamasi Teluk Jakarta, ikut merosot. Mereka adalah PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) dan PT Intiland Development Tbk (DILD). Harga saham PJAA melemah 0,78% menjadi Rp 1.915 dan DILD terperosok 2,55% ke Rp 497 per saham.
Para analis menilai, koreksi tajam saham APLN merupakan respons pasar terhadap kasus reklamasi. Sementara saham PJAA dan DILD ikut tersengat, lantaran kasus APLN terkait proyek yang juga digarap kedua emiten itu. Tapi koreksi saham PJAA dan DILD hanya karena
panic selling di pasar. "Ada kekhawatiran investor kasus ini bisa merambat ke manajemen kedua emiten itu," ujar David Sutyanto, analis First Asia Capital, kemarin. Adapun koreksi saham APLN bisa berlanjut hingga ada kejelasan kasus tersebut. Kendati begitu David menilai, kasus reklamasi tidak akan mengganggu fundamental APLN di jangka pendek. Proyek reklamasi biasanya menyumbang pendapatan dalam jangka panjang. "APLN masih banyak proyek lain yang bisa menopang pendapatan," ujar Andrew Argado, Kepala Riset Recapital Securities. Meski demikian, kasus hukum tersebut bisa mempengaruhi ekspansi perusahaan. Hanya saja, bisa diatasi apabila manajemen segera mencari pengganti. "Ini tidak seberat kasus yang menimpa BKSL dulu, yang tersangkut kasus hukum adalah pemiliknya. Kalau pemilik tidak bisa digantikan," jelas David. Mengganti direksi Direktur Investa Saran Mandiri, Hans Kwee berpendapat, jika setiap direksi emiten terkena kasus hukum, akan dinilai negatif oleh investor, sehingga saham perusahaan terkoreksi. Harga saham APLN bisa kembali menguat, jika manajemen segera mencari pengganti direksi yang tersangkut. Langkah itu sekaligus menjaga keberlangsungan perusahaan ke depan. Dalam jangka pendek Hans memprediksi saham APLN masih terkoreksi dan terkonsolidasi di bawah. Tekanan terhadap APLN akan berakhir apabila perusahaan menunjukkan kinerja positif.
Hans tetap yakin, proyek reklamasi ini masih tetap berjalan. "Lagipula ini proyek yang digarap swasta bukan pakai uang negara, jadi saya rasa proyek ini masih akan bisa berjalan," tutur dia. Maula Adini Putri, analis Ciptadana Securities, menilai, koreksi saham DILD maupun PJAA hanya sementara. Dia yakin berita negatif itu tak berdampak besar karena tidak menyeret manajemen DILD. Apalagi, proyek reklamasi belum masuk pipeline DILD dalam jangka pendek. David, Hans dan Andrew menyarankan investor menghindari saham APLN, DILD dan PJAA. Ketiga saham bisa dilirik lagi bila kasus suap itu sudah terang benderang. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie