Efektivitas vaksin Covid-19 Pfizer turun menjadi 44% setelah 6 bulan



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Penelitian terbaru menunjukkan, efektivitas vaksin Covid-19 Pfizer/BioNTech turun cukup drastis setelah 6 bulan bekerja di dalam tubuh manusia. Atas dasar itu, suntikan booster dianggap sangat perlu diberikan.

Dilansir dari Reuters, penelitian terbaru yang dipublikasikan di jurnal medis Lancet menyebutkan, efektivitas vaksin turun ke angka 44% dari 88% setelah enam bulan pemberian dosis kedua.

Para peneliti dari Pfizer dan Kaiser Permanente mempelajari catatan kesehatan elektronik dari sekitar 3,4 juta orang yang menjadi anggota Kaiser Permanente California Selatan antara Desember 2020 hingga Agustus 2021.


Penelitian menunjukkan, efektivitas vaksin dalam mencegah gejala parah dan kematian masih cukup tinggi di angka 90% selama enam bulan setelah dosis kedua. Persentase itu juga berlaku terhadap varian Delta yang lebih menular.

Baca Juga: WHO: 6 miliar vaksin Covid-19 telah tersedia, 75% ada di negara berpenghasilan tinggi

Laporan penelitian mengatakan, penurunan efektivitas vaksin Covid-19 Pfizer ini didorong oleh berkurangnya tingkat efikasi, bukan karena gagal mengadang varian baru.

"Analisis spesifik kami dengan jelas menunjukkan, vaksin tetap efektif terhadap semua varian yang menjadi perhatian saat ini, termasuk Delta," ungkap Luis Jodar, Senior Vice President dan Chief Medical Officer Pfizer.

Efektivitas vaksin Pfizer terhadap varian Delta adalah 93% setelah bulan pertama, kemudian turun menjadi 53% setelah empat bulan. Tingkat kemanjurannya terhadap varian lain juga turun dari 97% ke 67%.

Namun, penelitian ini masih memiliki keterbatasan dalam mendata tingkat kepatuhan penerima vaksin terhadap aturan penggunaan masker dan protokol kesehatan lainnya. Tingkat kepatuhan ini juga bisa memengaruhi kinerja vaksin.

Baca Juga: Produksi vaksin meningkat, CEO Moderna sebut pandemi bisa berakhir tahun depan

"Bagi kami, data itu menunjukkan, varian Delta bukanlah varian yang sepenuhnya mampu menghindari perlindungan dari vaksin. Jika memang benar demikian, kami tidak akan melihat kemampuan perlindungan setinggi itu," kata pemimpin studi Sara Tartof, seperti dikutip Reuters.

Data yang diterbitkan pada hari Senin (4/10) ini akan dipertimbangkan oleh badan kesehatan AS untuk memutuskan, apakah pemberian suntikan booster memang diperlukan.

Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) telah mengizinkan penggunaan dosis penguat vaksin Pfizer untuk orang dewasa yang lebih tua dan beberapa orang Amerika yang berisiko tinggi terinfeksi.

Selanjutnya: Tahap ke-84, Indonesia kedatangan 800 ribu dosis vaksin Pfizer