eFishery kantongi pendanaan seri A senilai US$ 4 juta



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan teknologi eFishery mengantongi pendanaan Seri A sebesar US$ 4 juta. Suntikan dana itu datang dari grup global investor termasuk Wavemaker Partners dan 500 Startups yang berbasis di Singapura.

Dalam keterangan tertulisnya, Selasa (13/11), eFishery menyebut ada satu investor lain yang turut bergabung dalam pendanaan ini Seperti, Maloekoe Ventures, Social Capital, Unreasonable Capital dan Triputra Group. Begitu juga Aquaspark, pendanaan budidaya aquaculture berbasis di Utrecht, Belanda.

Catatan saja, eFishery merupakan perusahaan rintisan internet of things (IoT). eFishery menyediakan solusi pintar untuk membantu peternak tambak baik ikan maupun udang untuk memberi makan ternaknya sesuai jadwal dan efisien.


Produk eFishery bekerja menggunakan teknologi yang digerakkan oleh data. Sehingga peternak dapat memecahkan berbagai masalah di sektor akuakultur, seperti manajemen risiko, inefisiensi, serta akses pasar.

Saat ini, start up  yang dirintis sejak 2013 sudah beroperasi di 16 provinsi dan 67 kabupaten / kota. Selain itu, eFishery mulai menjalankan operasi proyek percontohan di Bangladesh, Thailand dan Vietnam.

"Dengan putaran investasi baru ini, kami ingin memperbesar skala menyempurnakan model operasi kami," kata Gibran Hudzaifah, CEO eFishery dalam keterangan resminya, Selasa (13/11).

Aquaspark meyakini potensi pertumbuhan eFishery. "Kami pikir industri ini akan meningkat tiga kali lipat dalam 30 tahun ke depan," kata Amy Novogratz, pendiri Aquaspark, sebagaimana dilansir dari dealstreetasia.com

Amy menambahkan, 80% industri akuakultur ada di Asia. Sementara di Indonesia ada empat juta petani ikan. Tak heran jika Aquaspark bertindak sebagai pemimpin ronde pendanaan.

Asal tahu, Aquaspark memiliki jaringan besar pasar ahli, organisasi, lembaga dan perusahaan portofolio industri. Sebelum pendanaan seri A tahun 2015, Aquaspark sempat mempimpin ronde pendanaan eFishery dengan perusahan modal ventura Idesource. “Jenis solusi ini membuat pertanian berkelanjutan lebih menguntungkan. Hal ini tentu akan mengubah industri," tandas Amy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dian Pertiwi