Efisien & Ada Ekosistem Nyata, Pertumbuhan Laba Bank Raya Kalahkan Bank Digital Lain



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah lesunya ekonomi, industri perbankan diperkirakan masih cerah. Salah satu faktor pendukung cerahnya industri perbankan adalah tren penurunan suku bunga.  Tak hanya mengandalkan faktor makro. Industri perbankan harus berbenah diri agar tetap berkinerja baik ke depan dan memberikan yang terbaik untuk nasabah. Termasuk bank digital.

Berdasarkan survei Bloomberg Intelligence, industri digital banking di Asia Tenggara memiliki potensi pertumbuhan terbesar. Pendorongnya, usia demografi penduduk Indonesia lebih muda. Lalu penetrasi teknologi relatif bagus, dan peraturan yang mendukung sektor digital.

Bank digital dengan mengandalkan teknologi seharusnya bisa lebih efisien dibanding bank konvensional. Nah, salah satu bank digital yang terbukti sangat efisien adalah Bank Raya. 


Di kuartal III 2024, emiten berkode saham AGRO ini mencatatkan pertumbuhan pendapatan bunga bersih 15,87% menjadi Rp 416 miliar. Padahal bank kecil menengah cenderung sensitif terhadap posisi suku bunga bank sentral. 

Ada beberapa sebab Bank Raya bisa mencatatkan pendapatan bunga bersih tumbuh positif.  Bank Raya mencetak kenaikan dana murah. Pertumbuhan giro sebesar Rp 610 miliar atau tumbuh 58,2% year on year (yoy). Sementara tabungan tercatat mencapai Rp 1,4 triliun yang didorong oleh peningkatan pada digital saving menjadi sebesar Rp 1,1 triliun atau tumbuh 39,9% yoy.

Efisiensi bukan cuma dari dana pihak ketiga (DPK). Secara operasional Bank Raya, rasio beban operasional terhadap pendapatan bunga bersih alias cost to income ratio (CIR) turun menjadi 59,79 % dibandingkan dengan 74,51%  pada periode sama tahun sebelumnya. 

“Bank Raya mendapat dukungan ekosistem dari BRI Group untu menjangkau calon nasabahnya. Ini keunggulan di tengah persaingan industri bank digital,” tulis Felix Darmawan dan Novi Vianita, analis Panin Sekuritas, dałam risetnya pertengahan Oktober lalu. 

Baca Juga: Bank Digital Beberkan Rencana Bisnisnya untuk Tahun 2025

Efisiensi Bank Raya  karena terkoneksi dengan ekosistem Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebagai induk usaha. Nasabah Bank Raya bisa menikmati layanan dari 993.000 agen Brilink dan 7.700 jaringan  BRI, meski Bank Raya hanya punya 23 community branch. Inilah bank digital ideal, memiliki ekosistem luas dan jaringan mumpuni. 

Dari sisi penyaluran kredit digital, selama tahun 2024  mencapai  Rp13,7 triliun atau tumbuh 72,5% yoy. Sehingga mendorong pertumbuhan outstanding kredit digital Bank Raya sebesar 90,4% yoy, mencapai Rp1,8 triliun.

Berkat efisiensi dan kencangnya penyaluran kredit, laba bersih Bank Raya meroket 130,9% di kuartal III 2024  mencapai Rp 33,9 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. 

Ida Bagus Ketut Subagia, Direktur Utama Bank Raya mengatakan, dengan fundamental yang membaik, pihaknua semakin optimis menuju pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.  “Melalui pemetaan bisnis yang tepat, dan optimalisasi strategi produk bank digital dengan keunggulan produk yang shorter, faster, smaller, kami yakin terus tumbuh dan berkembang menjadi bank digital tangguh,” terang Ida Bagus, belum lama ini. 

Ekosistem adalah urat nadi bank digital. Sebagai bank digital, Bank Raya memiliki ekosistem matang dan kuat melalui BRI. Pada ulang tahun ke-35 lalu, Bank Raya meluncurkan inovasi baru, yaitu Agen Bank Raya, Saku Bisnis dan QRIS Bisnis. 

Semua fitur baru itu semakin terintegrasi ditambah kemudahan bertransaksi setor dan tarik tunai di Agen BRILink serta setor tunai di Unit Kerja BRI. Dengan dukungan ekosistem yang nyata, menopang strategi pertumbuhan bisnis digital Bank Raya. 

Nah dengan keunggulan online to offline (O2O) melalui community branch yang tersebar di berbagai daerah, semakin mempermudah akses nasabah dan mengoptimalkan potensi untuk pemberdayaan komunitas guna mendorong pertumbuhan transaksi di Bank Raya.

Salah satu produk unggulan Bank Raya, yaitu Pinang Dana Talangan -untuk mendukung produktivitas Agen Laku Pandai- sampai September 2024 telah mengalir Rp 11,8 triliun, tumbuh 69% yoy kepada sekitar 36.000 Agen BRILink dan Agen Pegadaian – anggota holding mikro BRI- dengan outstanding mencapai Rp 580 miliar atau meroket 194,8% yoy. Strategi ala Bank Raya yang memanfaatkan ekosistem nyata ini bisa menjadi role model bagi bank digital lain. 

Strategi Bank Raya dengan mengedepankan efisiensi dan ekosistem sejalan dengan Panduan Resiliensi Digital Perbankan. Dalam peluncuran Panduan Resiliensi Digital Perbankan Agustus 2024 lalu, Dian Ediana Rae, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan  Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjelaskan, perkembangan teknologi informasi mengubah lanskap perbankan nasional ke arah model bisnis digital.

Menurutnya, mayoritas bank digital di Indonesia terbentuk melalui konversi model bisnis bank yang ada menjadi bank digital. Bank-bank digital baru ini umumnya didukung induk usaha, baik berupa bank maupun non-bank, yang memberikan dukungan permodalan, bisnis, serta infrastruktur teknologi informasi, “Hal itu menjadi keunggulan bagi bank digital menghadapi persaingan di era digital,” kata Dian Ediana. 

Berkat efisiensi dan memiliki ekosistem yang nyata, Bank Raya mampu mencetak lonjakan laba hingga 130,9% di kuartal III 2024. Bagaimana dengan bank digital lain? Berdasarkan laporan keuangan  kuartal III 2024, Bank Jago (ARTO) mencetak kenaikan  laba 70,67%yoy  menjadi Rp 85,84 miliar.

Ke depan Bank Raya diprediksi masih bisa mencetak pertumbuhan, terutama berkat ekosistem yang kuat di mikro dan grup BRI. “Selain itu juga tingginya ruang pertumbuhan kredit dan DPK, khususnya di segmen digital, serta ruang penyesuaian biaya dana dan biaya kredit yang kompetitif didorong oleh pemangkasan benchmark rate,” papar Felix dan Novi.

Sementara dua bank digital lain mencatatkan penurunan laba. Bank Amar (AMAR) membukukan laba bersih Rp 152,26 miliar pada kuartal III/2024,  turun 6,11% yoy dari periode yang sama tahun lalu yaitu Rp162,17 miliar pada kuartal III 2023.

Lalu Allo Bank (BBHI) mencetak perolehan laba bersih Rp 302,59 miliar pada kuartal III-2024. Laba bersih BBHI ini turun 10,69% yoy jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 338,82 miliar.

Kinerja kuartal III 2024 menjadi pembuktian,  ekosistem yang kuat menjadi kunci keberhasilan bank digital menjalankan biduk perusahaan. Terlebih di tengah persaingan yang ketat dan kondisi ekonomi yang kian menantang.

 

Selanjutnya: Oil Falls on Demand Growth Concerns, Robust Dollar

Menarik Dibaca: 5 Film Natal dari Korea Beragam Genre Mulai Romantis sampai Thriller

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ahmad Febrian