Pertarungan produk minuman kemasan gelas plastik semakin sengit. Dengan harga sekitar Rp 1.000, pasar produk ini cukup gemuk. Apalagi, jenis kemasannya yang praktis membuat produk ini diminati anak-anak maupun kaum dewasa. Minuman dalam kemasan mulai menjadi konsumsi sehari-hari masyarakat. Sebagian besar orang hanya meminum air mineral di dalam kemasan. Namun, tak sedikit pula orang yang rutin menyedot minuman aneka rasa dalam kemasan gelas plastik. Tentu saja, rasa favorit setiap orang berbeda-beda. Ada yang hobi menyeruput minuman rasa teh, ada yang rutin menyedot minuman kopi, ada pula yang tak pernah absen menenggak minuman rasa buah-buahan.Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia Franky Sibarani mengakui, permintaan minuman dalam kemasan gelas tumbuh cepat. Bahkan, pasarnya lebih stabil ketimbang produk makanan. Tahun lalu, pasar minuman siap saji tumbuh 10%, sementara pasar makanan hanya tumbuh 3%. Dari sisi konsumen, harga yang murah menjadi alasan mereka menyukai produk ini. “Kemasannya juga cukup fleksibel karena sekali minum langsung buang,” kata Franky. Produsen juga tak banyak berinvestasi. Selain itu, kemasan gelas plastik lebih menghemat biaya. Gampangnya, yang diperlukan industri minuman hanya mesin sealer untuk merekatkan penutup kemasan gelas. Ini sangat berbeda dengan kemasan tetra pack yang membutuhkan peralatan lebih banyak. Salah satu pemain lama di bisnis ini adalah PT Tang Mas. Sejak 2002, pemilik merek Frutang ini telah memperkenalkan minuman rasa jeruk dan asam jawa. General Marketing & Sales PT Tang Mas Sambas Winata bilang, dengan harga jual eceran Rp 1.000, produknya bisa menjaring pasar lebih luas, yakni kalangan menengah–bawah. Adu strategiSebagai pionir minuman gelas berasa, Frutang pernah mengalami masa puncak penjualan hingga 2005–2006. Kala itu, pertumbuhan penjualan Frutang gelas mencapai 30% setahun.Tapi, lima tahun terakhir, pasar yang menjanjikan ini cepat menarik produsen lain. Pada 2007, dominasi Frutang mulai goyah. “Produsen makanan mulai ikut memproduksi minuman seperti ini,” kata Sambas. Alhasil, laju penjualan Frutang gelas melorot tajam, dan kini hanya 5% per tahun.
Eh, ada rumah dalam minuman kemasan gelas
Pertarungan produk minuman kemasan gelas plastik semakin sengit. Dengan harga sekitar Rp 1.000, pasar produk ini cukup gemuk. Apalagi, jenis kemasannya yang praktis membuat produk ini diminati anak-anak maupun kaum dewasa. Minuman dalam kemasan mulai menjadi konsumsi sehari-hari masyarakat. Sebagian besar orang hanya meminum air mineral di dalam kemasan. Namun, tak sedikit pula orang yang rutin menyedot minuman aneka rasa dalam kemasan gelas plastik. Tentu saja, rasa favorit setiap orang berbeda-beda. Ada yang hobi menyeruput minuman rasa teh, ada yang rutin menyedot minuman kopi, ada pula yang tak pernah absen menenggak minuman rasa buah-buahan.Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia Franky Sibarani mengakui, permintaan minuman dalam kemasan gelas tumbuh cepat. Bahkan, pasarnya lebih stabil ketimbang produk makanan. Tahun lalu, pasar minuman siap saji tumbuh 10%, sementara pasar makanan hanya tumbuh 3%. Dari sisi konsumen, harga yang murah menjadi alasan mereka menyukai produk ini. “Kemasannya juga cukup fleksibel karena sekali minum langsung buang,” kata Franky. Produsen juga tak banyak berinvestasi. Selain itu, kemasan gelas plastik lebih menghemat biaya. Gampangnya, yang diperlukan industri minuman hanya mesin sealer untuk merekatkan penutup kemasan gelas. Ini sangat berbeda dengan kemasan tetra pack yang membutuhkan peralatan lebih banyak. Salah satu pemain lama di bisnis ini adalah PT Tang Mas. Sejak 2002, pemilik merek Frutang ini telah memperkenalkan minuman rasa jeruk dan asam jawa. General Marketing & Sales PT Tang Mas Sambas Winata bilang, dengan harga jual eceran Rp 1.000, produknya bisa menjaring pasar lebih luas, yakni kalangan menengah–bawah. Adu strategiSebagai pionir minuman gelas berasa, Frutang pernah mengalami masa puncak penjualan hingga 2005–2006. Kala itu, pertumbuhan penjualan Frutang gelas mencapai 30% setahun.Tapi, lima tahun terakhir, pasar yang menjanjikan ini cepat menarik produsen lain. Pada 2007, dominasi Frutang mulai goyah. “Produsen makanan mulai ikut memproduksi minuman seperti ini,” kata Sambas. Alhasil, laju penjualan Frutang gelas melorot tajam, dan kini hanya 5% per tahun.
TAG: