Ekonom Bank Mandiri: Kredit perbankan masih tumbuh 10% di tahun depan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Chief Economist PT Bank Mandiri Tbk Anton Gunawan mengatakan dampak kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) baru akan terasa pada pertumbuhan kredit di tahun depan.

Namun hal tersebut diprediksi tidak akan menganggu penyaluran kredit perbankan. Menurutnya kenaikan bunga acuan BI seperti kenaikan bunga deposito maupun bunga kredit yang terjadi saat ini dan berlanjut di tahun depan merupakan proses normalisasi yang relatif rendah.

"Dampaknya bukan menghambat pertumbuhan kredit, perkiraan kami (2019) 10,2%-10,5%. Tahun ini pertumbuhan kredit naik karena valasnya beralih ke rupiah," ujar Anton saat ditemui di Jakarta, Rabu (12/12).

Menghadapi isu ekonomi global dan domestik di tahun depan, perbankan di Tanah Air menurut Anton masih cukup stabil terutama dari sisi permodalan. Sementara, pengaruh ekonomi dari luar negeri terhadap perkembangan bisnis perbankan di dalam negeri masih relatif kecil, termasuk pengaruh mata uang.

Namun, tahun depan perbankan perlu mencermati pengetatan likuiditas lantaran kredit masih akan tumbuh lebih tinggi dari dana pihak ketiga. "Ke depan masih perlu diwaspadai (likuiditas), karena (kenaikan) bunga deposito masih lebih tinggi dari kredit," katanya.

Terutama untuk BUKU I dan BUKU III berdasarkan pantauan tim ekonom Mandiri memang masih meningkat. Namun, peran BI di pasar untuk membantu likuiditas akan sangat berpengaruh dan sudah terlihat sejak tahun ini.

Anton menambahkan, saat ini pertumbuhan deposito memang terbilang besar terutama untuk rekening di atas Rp 5 miliar dan Rp 2 miliar. Menurutnya hal ini dipengaruhi adanya program pengampunan pajak (tax amnesty) yang digalakkan pemerintah beberapa waktu lalu termasuk repatriasi.

Di sisi makro, Ekonom Bank Mandiri memprediksi masih relatif stabil dengan proyeksi inflasi bergerak ke 4%, current account deficit (CAD) lebih rendah, depresiasi rupiah yang lebih kecil ditopang profitabilitas bank yang masih baik. "Kesimpulan umumnya, kami cenderung melihat 2019 lebih baik daripada 2018. Meski kami tahu, risiko masih ada," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi