KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Laju inflasi pada April 2024 diperkirakan akan sebesar 2,27%
month on month (MoM) atau secara bulanan. Angka tersebut turun dari inflasi Maret 2024 yang sebesar 0,52% MoM. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, penurunan inflasi ini sebagian besar didorong oleh sektor bahan makanan seiring puncak musim panen terjadi di bulan April 2024. “Musim panen cenderung dapat mengimbangi dampak dari Lebaran ketika permintaan bahan makanan biasanya meningkat secara musiman,” tutur Josua kepada Kontan.co.id, Selasa (30/4).
Baca Juga: Inflasi April 2024 Diramal Turun, Ini Faktor Pendorongnya Ia mencatat, pada April 2024 beberapa komoditas pangan mengalami penurunan harga, termasuk beras, telur ayam, cabai merah, dan cabai rawit. Sebaliknya, harga-harga meningkat untuk komoditas seperti daging ayam, daging sapi, bawang merah, bawang putih, dan minyak goreng. Kelompok pengeluaran lain yang berkontribusi terhadap inflasi April 2024 adalah transportasi, penyediaan makanan dan minuman atau restoran, serta perawatan pribadi dan jasa lainnya. Peningkatan ini terkait dengan meningkatnya permintaan selama liburan Lebaran, terutama untuk jasa transportasi, biaya rekreasi dan rekreasi, dan harga emas yang lebih tinggi. Disamping itu, depresiasi rupiah yang terjadi akhir-akhir ini juga bisa menyebabkan inflasi impor yang lebih tinggi, di tengah ketidakpastian ekonomi global yang meningkat dan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Sementara itu, inflasi April 2024 secara tahunan diperkirakan relatif stabil dikisaran 3,02%
year on year (YoY), turun tipis dibandingkan dengan di Maret 2024 sebesar 3,05% yoy. “Stabilitas ini terutama disebabkan oleh inflasi harga bergejolak yang lebih rendah karena penurunan inflasi bahan makanan, sejalan dengan puncak musim panen yang meningkatkan pasokan bahan makanan,” kata Josua.
Baca Juga: BI Sampaikan Ekonomi RI Tetap Kuat di Tengah Ketidakpastian Lebih lanjut, untuk inflasi inti secara tahunan diperkirakan meningkat dari 1,77% YoY pada Maret 2024 menjadi 1,82% YoY di April 2024. Inflasi inti, kata Josua didorong oleh peningkatan permintaan selama periode Lebaran, kenaikan harga emas, dan inflasi impor yang lebih tinggi karena depresiasi rupiah. Sementara itu, pada akhir tahun 2024 diperkirakan berada dalam kisaran target 1,5% hingga 3,5% YoY, dengan potensi tekanan ke atas pada paruh pertama tahun 2024 yang berasal dari dampak El Nino dan inflasi impor yang lebih tinggi akibat depresiasi rupiah di tengah risiko suku bunga kebijakan global yang
'higher-for-longer’ dan meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto